Siang itu benar-benar terik, bahkan Yovan harus menadah untuk menghalangi wajah gantengnya dari sinar matahari yang sangat menyengat dengan tangannya. Meskipun ia sudah duduk di bawah pohon kenari.
"Yaelah, Zae, ngapain sih main layangan mulu, panas banget gini."
"Mas Ganteng diem! Zae harus berkonsentrasi! Lagi seru ini!" ujar cewek itu, tanpa melihat Yovan, sebab fokus pada layangannya.
Bak seorang pro player, Zaenab ahli dalam menerbangkan benda tipis itu, bahkan entah apa yang dilakukan sekarang, sepertinya sedang saling membelit dengan yang lain. Seumur-umur Yovan tidak pernah bermain permainan itu, jelas saja ia tidak tertarik dengan mainan modelan Zaenab seperti itu. Ia hanya mendecak dan terus melihat saja lagi pula kenapa pula ia harus repot-repot menemani Zaenab? Yovan seolah terjebak dengan kemauannya sendiri sekarang.
"Yaaah! Putus!"
Teriakan yang membuat Yovan langsung menatap layang-layang di udara, di mana memperlihatkan bahwa benar saja benda berbentuk belah ketupat itu melayang tidak tentu arah tertiup angin. Sedang Zaenab, dengan gercep langsung mengejar layang-layang itu seolah mengejar uang jatuh dari langit. Sontak saja Yovan spontan ikut berlari, bisa-bisanya dirinya ditinggal sendirian di tempat itu.
"Zae! Woyyy! Ngapain ngejar itu, sih, beli lagi kan bisa!" teriak Yovan.
Zaenab menoleh sejenak ke arah Yovan dan hanya tertawa seolah ucapan Yovan tidak berfaedah. Cowok itu tidak tahu sensasi mengejar layangan dan berhasil mendapatkannya itu bagai meminum air dingin di Gurun Sahara.
Tunggu! Ada yang berbeda, Zaenab begitu cepat berlari dan bahkan Yovan tidak mampu mengejar. Ada apa dengan dirinya yang tidak bisa mengejar cewek itu?
"Zae, tunggu!"
Blam!
Mata itu mengerjap perlahan saat sebuah mimpi berakhir begitu saja. Yovan menatap langit-langit sebuah kamar, mengatur napas dan baru tersadar bahwa semua memang hanyalah bunga tidur. Ia terduduk di ranjang, melihat jam analog di meja nakas dan menghela napas lagi.
Ternyata ... cuma mimpi.
"Tuh anak nggak di dunia nyata, nggak di mimpi, nyusahin banget, banyak tingkah," gumam Yovan, tetapi detik berikutnya ia tersenyum tipis mengingat sosok itu.
Yup, tidak terasa, sudah satu semester terlewati dengan hampir sempurna.
Berbagai kegiatan mengusik waktu istirahat sudah ia lalui dengan aman. Mungkin Yovan justru sudah terbiasa dengan waktu tidur yang tidak lama sekarang. Sekadar terlelap satu jam saja baginya sudah sangat beruntung.
Hari ini, setelah melalui ujian akhir semester kuliahnya di Jakarta, beberapa minggu lalu. Cowok itupun memutuskan bertandang sejenak ke kediamannya di Yogyakarta. Bertemu dengan sang Ibu yang selalu dirindukan merupakan tujuannya. Walaupun berada di Jogja rasanya justru berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Teen FictionPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...