Sebuah kafe dengan sentuhan vintage, menjadi tempat di mana Lia dan Yovan bertemu. Sudah tiga puluh menit yang lalu, sosok wanita cantik berkulit putih itu menjelaskan segala hal pada Yovan. Menjelaskan tentang sistem pekerjaan yang ditawarkannya pada bujang itu.
"Jadi, lo mau enggak, Van?"
Yovan sedari tadi memikirkan secara matang penawaran sosok wanita di depannya. Bukan perkara mau atau tidak, tetapi tugas dan aktivitasnya saja sudah cukup untuk dibilang padat.
Meskipun di kampus tidak terlihat berjam-jam di dalam kelas, tetapi di luar jam kuliah, cowok berambut ikal itu selalu mampu menghabiskan waktu seharian bahkan rasanya belum cukup juga.
Bagaimana jika sekarang ia menerima tawaran menjadi tim EO sepupunya? Apakah tidak kerepotan dalam membagai waktu? Namun, tawaran seperti itu dan pengalaman yang akan didapat tidak akan datang dua kali.
"Tapi tugas gue lagi banyak-banyaknya loh, Mbak. Sebenernya gue bisa sih kalau suruh bikin beginian buat acara nanti. Tapi waktunya, Mbak, gimana ya ...."
"Ayolah, Van. Lo bisa dateng kapan pun, kok, terserah lo. Asal waktu meeting sama klien lo harus ikut, ini juga kalau enggak gara-gara yang megang desain kecelakaan tuh gue nggak bakal ngerepotin lo. Please ya, i know you have good skill for this field. Kita kan ramean juga, Van, kerja tim, nggak cuman lo aja kok nanti. Gue dan tim produksi pasti ngarahin lo juga."
"... gue juga liat di instagram lo, hasil karya lo tuh bagus-bagus. Apalagi fotografi sama videografinya gue suka. Nah gue butuh itu juga buat acara nanti. Acaranya lumayan gede dan ini juga paling waktu lo udah liburan. Jadi nggak bakal ganggu waktu kuliah lo."
Jemari yang bergemelatuk di meja kayu itu menjadi jawaban bahwa Yovan tengah memikirkan matang-matang. Lagi, kesempatan tidak datang dua kali, apalagi turut andil di sebuah event bisa saja akan mempelancar koneksi dirinya di masa depan.
Belum lagi, usaha milik saudaranya yang tentunya sudah ia stalking beberapa waktu lalu cukup membanggakan, bisa dikatakan EO milik Lia memang sudah terkenal di mana pun, apalagi area Jabodetabek dan Bali. Jelas koneksi dari berbagai bidang yang dibutuhkan Yovan suatu hari nanti bisa didapatkan dengan mudah andai ia bisa memiliki nama di sana.
"Oke deh, Mbak, gue mau."
Lia terlihat senang saat mendapati Yovan menerima tawarannya. Di samping memang dirinya membutuhkan jasa seorang digital desaigner, di satu sisi ... ada tujuan tersembunyi di dalamnya.
"Gitu dong, gitu kan baru cakep. Oh, iya, gimana kuliah lo lancar? Sekarang tinggal di mana?"
Yovan lantas terdiam. Ditanya seperti itu membuat dirinya kembali mengingat Zaenab. Teringat kembali bahwa cewek yang malam ini terlihat sangat berbeda itu masih bersama sang ketua senat. Entah apa yang dilakukan mereka saat ini di tempat berbeda, justru membuat Yovan mendadak resah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Genç KurguPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...