"Jadi bisa, kan? Ada waktu buat jalan weekend atau terserah kamu aja enaknya kapan," ujar Retno tepat saat di depan kelas Yovan, tetap dengan nada bicaranya yang manis.Cewek itu sengaja mengantar Yovan hingga di depan kelas, selain supaya cowok itu tidak nyasar lagi seperti awal MPK kemarin, Retno juga memiliki maksud lain di dalamnya. Cewek berambut panjang sedada itu berusaha mengajak Yovan lebih intens bertemu, bahkan jika mungkin di luar kampus, berharap agar hubungan mereka bisa lebih dekat.
"Ya, nanti gue pikirin deh, Kak. Lagian gue di sini belum ada kendaraan, jadi agak susah kalau mau keluar."
"Oh gitu, nggak masalah. Nanti pakai punyaku aja, kamu bisa nyetir mobil, kan?"
Yovan hanya mengangguk, setidaknya, mobil jauh lebih baik ketimbang motor, pikirnya
"Oke, sampai ketemu nanti, hubungi-"
"Idiiiih, Retnooo, mau ngapain lo kemari? Nemuin gue, ya? Astaga naga, masih kurang emang? Udah-udah, gue tau gue ini perkasa kalo di ranjang tapi please deh, katanya suruh rahasiain, tapi lo sekarang malah nyamperin."
Retno yang mendengar celetukan tak beradab dari seorang cowok jangkung, berperangai tengil, tetapi sayangnya sedikit ganteng itu langsung membulatkan mata. Tatapan sinis dilayangkan seolah menyiratkan agar mulut laknat itu berhenti bersuara. Sedang Yovan, justru hanya terdiam seribu bahasa, tidak memahami pembicaraan dua orang yang kelihatannya sudah sangat akrab itu. Seolah mendapat kesempatan untuk pergi dari Retno, Yovan lantas berjalan masuk ke kelas terlebih dahulu.
"Apa sih? Melotot-melotot begitu, iya-iya tau gue ganteng banget. Udah dehh iya entar malem gue temuin, jangan ganggu junior yang belum ternoda, pamali," ujar si cowok yang menyusul Yovan ke dalam kelas.
"GHOFUR!!!" pekik Retno kesal, meski begitu, dia memilih berbalik pergi meninggalkan kelasnya Yovan.
"Kenapa itu cecunguk sekelas sama Yovan, coba?" gumam Retnon tak percaya.
***
Dua mata kuliah dilewati dengan lancar, meskipun Yovan sedikit tidak nyaman dengan pandangan beberapa orang di kelas setelah dia mengenalkan dirinya tadi. Jam di arlojinya sudah menunjukkan tengah hari, setelah ini tidak ada jadwal kuliah lagi yang harus dia tempuh. Hal yang cukup melegakan akhirnya bisa segera pulang dan mengerjakan tugas pertama di hari ini.
Yovan pun keluar dari kelasnya begitu saja karena memang rasanya tidak ada yang perlu ditunggu. Cowok yang kini sudah memasang satu earphone wirelles di telinganya itu berjalan melewati koridor-koridor lantai dua hingga melewati kantin.
"Yovan!" teriak seseorang.
Merasa namanya terpanggil, cowok itu segera menoleh ke seluruh penjuru kantin, hingga, akhirnya pandangannya berhenti pada sosok Retno di bangku ujung dekat tangga menuju keluar gedung. Demi menghormati cewek yang merupakan senior itu, Yovan bergerak ke arah Retno dan beberapa kawannya, meskipun sedikit merasa canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Teen FictionPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...