Dalam hidup Yovan, baru kali ini ia merasakan rindu yang teramat dalam pada orang tuanya, tepatnya pada Mamihnya. Yovan pun langsung beranjak dari tempatnya untuk berlari ke arah Melinda. Gak peduli tetangga lewat, gak peduli sikapnya lebay dan gak peduli bakalan ada yang anggap aneh, Yovan benar-benar merindukan wanita itu.
Yovan langsung memeluk Melinda, begitu erat. Tanpa ada kata-kata yang terucap pun, semesta juga mengetahui bahwa tebing yang menghalangi selama ini sudah runtuh saat itu juga. Yovan gak bisa membendung air matanya. Papah muda itu merasa seluruh beban yang sudah ia tanggung luruh begitu saja, saat menatap kembali wajah Mamihnya yang tak pernah menua. Kebahagiaan itu sudah menyelimuti Yovan, sekarang semakin bertambah dan ia bersyukur ibunya sehat-sehat saja, bahkan semakin cantik.
Yovan pun melepaskan pelukannya bukan untuk mengucapkan salam, tetapi langsung bersujud di kaki Mamihnya. Yovan sudah memahami bahwa menjadi orang tua itu begitu berat. Yovan sudah mengerti bahwa sebuah tanggung jawab yang sebenarnya itu memang terlalu sulit dan penuh resiko secara pengorbanan. Namun kini, Yovan sudah menang atas segala kenyataan pahit menjadi dewasa. Semua itu berkat Mamihnya. Banyak pelajaran berharga yang disematkan secara tersirat dan membuat Yovan bisa bertahan sejauh ini.
"Glammmy! Umiii, ada Glammy."
Teriakan di ambang pintu gak membuat Yovan bangkit dari sujudnya di kaki Mamihnya. Sementara Dewa ditahan sama Zaenab yang juga ada di ambang pintu. Zaenab mempersilakan waktu Yovan seluruhnya untuk bertemu Melinda yang bahkan Zaenab juga gak menyangka kalau neneknya Dewa bakal ke Jakarta hari ini. Gak ada chat atau panggilan seperti biasanya dan entah semua begitu bertepatan dengan Yovan yang juga ada di sana. Ada sebuah senyum di bibir Zaenab dan mata yang berkaca-kaca. Mungkin memang sudah saatnya semua selesai.
"Yovan minta maaf, Miiiii."
Melinda gak berusaha menarik anaknya, justru sekarang ia ikut berjongkok di depan Yovan dan membuat pria itu terduduk di paving. Wanita itu mengusap rambut sang anak persis seperti kebiasaannya sejak Yovan kecil. Sementara Yovan masih mencoba menenangkan diri dari perasaan yang campur aduk. Sedih, bahagia, menyesal dan rindu menjadi satu.
Melihat sang anak menangis seperti ini mengingatkan Melinda saat Yovan sering risau sama pertanyaan yang gak seharusnya ditanyakan. Melihat Yovan seperti ini mengingatkan Melinda bagaimana anak manja di depannya itu tetaplah cengeng pada dasarnya. Melihat sang anak yang sudah dewasa gak merubah pandangan Melinda sama sekali. Yovan tetap malaikat kecil baginya, em tapi kini udah punya malaikat kecil lain.
Mungkin dulu dalam isak tangisnya, Yovan selalu bertanya di mana papanya, Yovan selalu bertanya kenapa dia harus diledek karena enggak punya ayah atau akan bertanya kenapa ia cuman hidup sama Maminya. Sekarang bukan lagi pertanyaan yang muncul, tapi sebuah kata maaf, maaf dan maaf.
"Mami minta maaf, ya. Mami tau ini terlalu kejam buat kamu. Mami ngebiarin kamu sendiri lagi, gak punya jawaban dan harus cari sendiri. Maafin Mami, ya, Yovan."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Ficção AdolescentePERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...