Khawatir, resah dan bingung, mungkin itulah yang saat ini Melinda rasakan. Bagaimana tidak? Satu hal yang selama ini ia tutup rapat-rapat, seketika terungkap dengan mudahnya.Meskipun, pada awalnya, tidak ada niat sama sekali untuk menyembunyikan siapa Prasetyo di hadapan anak kandungnya sendiri. Namun, semua ia lakukan juga karena sikap pria itu yang nyatanya tak kunjung berubah dan masih seenaknya mengingkari janji. Hal yang akhirnya membuat Melinda memutuskan untuk benar-benar mengeyahkan nama itu dari hidupnya dan juga dari hidup Yovan.
Sekali lagi, Melinda melakukan semuanya hanya agar Yovan tidak merasakan sakit hati seperti apa yang ia rasakan dulu. Prasetyo selalu ingkar janji, ia tidak ingin bila suatu hari nanti bila sang anak sudah mengerti menerjemahkan perasaan, hubungan mereka juga akan terganggu karena sikap Prasetyo. Maka, lebih baik tidak pernah kenal, ketimbang nanti Yovan lebih membenci ayahnya sendiri.
Tapi, pada kenyataanya, Melinda tak bisa terus menyembunyikan semuanya. Dan sekarang, apa yang dia hindari justru terjadi.
"Ck, kenapa nggak diangkat sih, Van!" gerutu Melinda saat panggilannya beberapa kali tidak diangkat oleh sang anak.
Ada bendungan air di pelupuk matanya, sebab kesal yang dirasakan justru tak lagi bertuan. Entah ia harus kesal pada pria yang berstatus ayah kandung Yovan atau pada anaknya sendiri. Jemari itu akhirnya meergulir pada layar ponselnya, dan berhenti di atas kontak nama Aisa.
Sesegera mungkin ia memanggil nomer itu dan tidak butuh waktu lama, panggilan Melinda terjawab.
"Iyaaa, kena--"
"Aisa tolong ke kos Yovan sekarang! Cek itu anak gimana keadaanya!"
Disisi lain, Aisa menjauhkan ponsel dari telinganya sejenak. Saking kerasnya suara Melinda di seberang telepon "Duuuh, bentar-bentar. Kamu kenapa panik? Bentar, ayo rileks duluuu. Tarik nafas, terus jelasin, ada apa?"
Melinda terdiam sejenak. Wanita itu yang tadinya mondar mandir seketika berhenti dan menarik napas dalam lalu mengembuskan perlahan. Tangan lentiknya perlahan memijat-mijat pelipis, guna menyusun kalimat penjelasan.
"Yovan tau siapa Pras."
"Hah!? Kok bisa?" Ada nada terkejut di seberang sana, sebab tentu Aisa itu tahu bagaimana perjalanan Melinda untuk benar-benar lepas dari seorang Prasetyo.
"Enggak tau. Yovan tiba-tiba aja nanya gitu, ya aku bingung lah jawabnya dan sekarang tuh anak nggak bisa aku hubungin. Enggak diangkat. Aku khawatir sama dia, Saaa. Tolong kamu ke kos dia, kabarin aku kalau ada apa-apa."
"Ck, yaampuuun! Apa Prasetyo itu yang bilang?"
"Aku juga nggak tau," lirih Melinda yang kini terduduk di sofa ruang tengahnya, tidak bisa berpikir positif lagi.
"Huffft, ya udah. Kamu tenang dulu, aku bakal ke kos Yovan sekarang. Jangan panik dulu, mungkin ini salah paham."
"Tolong banget ya, Sa."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Teen FictionPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...