22, Persekutan dua cowok tampan.

649 94 10
                                    

Seperti hari-hari kemarin, tidak ada kegiatan yang terlalu menarik selain menapaki dunia perkuliahan yang pemuh dengan segala kerumitan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti hari-hari kemarin, tidak ada kegiatan yang terlalu menarik selain menapaki dunia perkuliahan yang pemuh dengan segala kerumitan. Boro-boro seperti di dalam cerita novel dengan berbagai bentuk keindahan dunia perkuliahan, Yovan bahkan jarang tidur selama satu semester ini.

Namun, terlepas dari itu semua Yovan selalu bersemangat menjalani mata kuliah yang menurutnya sangat mengasyikkan.

Seperti saat ini, mata kuliah sketsa membuatnya harus menggali keahlihan untuk menggambar sebuah bentuk, konstruksi, bahkan sampai anatomi manusia. Pastinya dibutuhkan kejelian dan waktu untuk menapaki setiap mata kuliah di DKV.

Sudah dikatakan bahwa masuk ke jurusan tersebut membutuhkan kebugaran ekstra, bahkan Yovan pernah tidak tidur hanya karena tugas-tugas yang harus sesuai dikumpulkan sehari setelah mata kuliah berlangsung.

Di jurusan DKV memang terbilang santai, sering keluar ruangan untuk menemukan suasana berbeda, tetapi jangan salah jika tugas yang diberikan setiap minggu membuat nyawa harus tetap terjaga untuk menuntaskan segalanya.

Yah, bisa dibilang, kopi dan Zaenab sudah menjadi teman setia setiap malam cowok itu. Sebab hanya dengan minuman berkafein dan suara cempreng Zaenab yang mampu membuat Yovan terjaga, meski tidak setiap malam Zaenab menemaninya, terkadang cewek itu sore-sore sudah molor di ruang tamu.

Urusan bakat dalam menggambar, Yovan mewarisinya dari sang Ibu yang merupakan seorang desainer. Sehingga membuatnya mampu memahami dasar-dasar membuat sebuah pola sketsa manusia. Namun, untuk detail seperti contoh di papan tulis depan kelas, ia masih harus belajar dengan keras.

Pensil yang dipegangnya tertarik membentuk sebuah lengkungan guratan otot manusia sesuai contoh di depannya dengan sempurna. Setiap perpaduan garis tipis dan tebal membuat sebuah proyeksi gradasi yang tepat. Sapuan pewarnaan juga tak luput menjadi insting terbaik cowok itu, sehingga benar-benar menciptakan gambar terbaik. Bakat yang dimiliki seseorang tidak pernah bisa berbohong, Yovan melakukan semuanya dengan jeli dan tepat.

"Buset dah, gue gambar apaan sih, ini njir?" gerutu Ghofur yang sedari tadi selalu menghapus dan memulai lagi sketsa yang dibuatnya.

Yovan yang tepat di sebelahnya terkikik mendapati cowok jangkung itu sudah hampir frustasi menatap lembaran putih di depannya yang masih tergambar setengah.

Berkali-kali sang dosen mencontohkan, Ghofur tetap tak mampu mencernanya dengan baik. Hingga, akhirnya ia yang semula berdiri langsung terduduk dengan kasar dan meletakkan pensilnya di atas meja.

"Lama-lama lo bakalan biasa, Bang. Nikmati aja," ujar Yovan yang masih menatap contoh dan pekerjaannya bergantian.

"Ya lo enak ngomong gitu, skill lo dewa. Mending megang kamera dah gue daripada suruh gambar beginian, susah bener."

Yovan kembali terkekeh menatap Ghofur yang masih menatap kertas A3 di depan matanya. Sebenarnya hasil yang dikerjakan cowok itu tidak terlalu buruk, hanya saja mungkin Ghofur memang tidak sabaran.

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang