66, Yovan bukan Mas Ganteng lagi.

524 84 2
                                    

Langkah gontai tanpa semangat turut menghiasi perjalanan Yovan kembali ke rumah Aisa yang sementara ini menjadi tempat tinggalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah gontai tanpa semangat turut menghiasi perjalanan Yovan kembali ke rumah Aisa yang sementara ini menjadi tempat tinggalnya. Di sana pun masih ada Mamihnya yang rela mengosongkan sejumlah jadwal padatnya demi menunggunya pulih sekaligus menunggu jawaban darinya.

Yovan menghela napas lelah berulang kali, lalu terduduk di bangku halte depan gang kampung rumah Zaenab. Sejenak terdiam di sana sembari menatap jalanan yang penuh lalu lalang kendaraan.

Sementara jalani seperti ini saja.

Bapak ndak mau kehilangan anak serta calon cucu Bapak.

Zaenab yang sekarang bukan Zaenab yang Bapak kenal. Dan semua ini karena kamu.

Kalimat-kalimat itu terus berdengung di dalam telinga Yovan, bagai sebuah kesimpulan bilamana jawaban tersebut adalah sebuah penolakan secara halus. Yovan terus melamun memikirkan Zaenab, si cewek yang selalu saja membuatnya bingung.

Kenapa gue baru tau Zaenab kayak gitu? Kenapa gue gak sadar mulai awal kalau dia emang beda?

Apa sekarang Zaenab udah gak punya perasaan apa-apa sama gue? Dia udah benci sama gue juga kali ya?

Praduga-praduga itulah yang sedari tadi menemani langkah Yovan hingga berhenti di tempat itu. Sudah sering rasanya Yovan merasa sepi saat di tengah keramaian, tetapi kali ini benar-benar hampa. Kosong seolah tidak ada ruang lagi untuk menyambut asa. Pundaknya bahkan turun, semua tidak seperti apa yang ia bayangkan, bahkan jelas tidaklah mudah.

Bahkan saat ini untuk berbicara dengan Zaenab saja sudah sulit. Yovan paham mungkin Zaenab marah padanya karena terlambat menyadari keadaan, Yovan pun menyesal dan sudah berusaha memperbaiki. Dan, seperti yang sudah-sudah, semua tidak sesuai harapan Yovan.

Agaknya cowok itu sudah tidak terlalu perduli pada nasib sialnya yang tiap berharap tak pernah terkabul. Sebab ada hal yang jauh lebih penting dari perasaannya sendiri saat ini, yaitu adalah sisi zaenab yang lain, yang terlambat baginya untuk dimengerti.

Puk.

Ada sebuah tepukan di bahunya membuat Yovan cukup terkejut, jadilah ia menoleh ke samping.

"Loh, Bang. Lo kok di sini?"

"Ehehehe beneran si Yovan ternyata. Gue pikir cuman mirip doang. Lah kan rumah gue di daerah sini. Beda gang doang ama rumah Zaenab," ujar Ghofur sembari duduk di sebelah Yovan.

"Loh beneran?"

"Perasaan gue pernah cerita deh kalau gue anak sini. Lo lupa? Lo gak pernah ke rumah gue sih, jadinya heran begini. Lo ngapain di mari? Habis dari rumah Zae? Terus kelanjutannya gimana? Sorry, waktu itu chaos banget, gue nggak sempet bantuin lo. Lo udah baikan, kan?"

Ada helaan napas yang kemudian kembali membuat Yovan menatap jalanan dan bersandar pada bahu tempat duduk halte.

"Gak papa, Bang. Lo udah bantu gue banyak banget. Walau ya jadi kacau dan gak sesuai harapan gue."

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang