Lima belas menit ditempuh Yovan untuk sampai ke kediaman Zaenab. Cowok yang sempat beradaptasi dengan lingkungan sekitar, sesekali menyapa para tetangga yang kebetulan ada di depan rumah, bercengkerama menikmati malam Sabtu.
Ada rasa rindu saat melewati setiap jalanan di kampung itu. Suasana ramai dan serayuk membuat ia tersenyum.
"Nah, udah sampe, Zae, bukain gerbangnya. Gue masukin sekalian motornya."
Zaenab hanya bisa mengangguk dan segera membuka pagar rumahnya. Setelah itu, vespa tua yang mereka berdua kendarai melesat masuk dan terparkir manis di sisi mobil Bapaknya Zaenab.
"Ayooo Mas Ganteeng masuk," ajak Zaenab dengan suara cempreng nan ceria yang menjadi ciri khasnya.
Yovan pun mengangguk dan merapikan dirinya sendiri sebelum masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikuuum ya ahlil kubuuurrr!!!"
"Walaikumsalaaam. Heh!!! Itu mulut sembarangan banget kalo ngata!!! Siapa yang ngajarin sih!!!?" Suara Bunda Aya sudah menggema dari dalam, tentu sebal mendapati salam ngawur dari Zaenab.
Selang beberapa detik kemudian, wanita paruh baya itu benar-benar muncul sembari bertolak pinggang dan mulai melihat dengan siapa sang anak datang.
"Masyallah, ada anak gantenggg. Pakkk ... Ada Yovan dateng!" teriak Bunda Aya.
Sedang Zaenab melipir masuk ke dalam rumah, meskipun dirinya harus menghindari cubitan maut Bundanya gara-gara tingkahnya tadi.
"Mandi sono lo! Perawan si dekil banget heran!!!" Teriak Bunda Aya sesaat, sebelum kembali menatap Yovan dengan senyuman hangat.
"Dari mana aja sih lu, Tooong? Emang kaga kangen apa sama Bunda, kaga pernah nyaba kemari. Bunda yang kangen pan jadinyaaa ...."
Yovan hanya melesungkan senyum mendengar logat betawi dari mulut wanita yang merupakan Ibu dari cewek yang membuatnya jatuh cinta. Dengan segera, cowok itu menjabat tangan Bunda Aya untuk salim.
"Banyak tugas sama kegiatan di kampus, Bun. Jadinya Yovan belum sempet main lagi ke sini, hehe. Oh iya, ini Yovan bawain sesuatu buat bisa di makan Bunda sama Bapak."
"Ya ampun, lo ada-ada aja segala bebawaan. Lo dateng aja Bunda udah seneng banget. Ayooo masuk-masuk."
Yovan hanya mengangguk sopan dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Jika dikatakan rindu, cowok itu sangat rindu suasana di rumah itu. Selama enam bulan, hidupnya sudah banyak dibantu keluarga Zaenab. Selama itu pula rasanya ia memiliki keluarga baru di Jakarta yang menjadi alasan rindu jika ia berada di Jogja seperti kemarin.
"Oalah, Yovan toh, masuk-masuk, Le. Piye kabarmu, Nak. Sehat toh?" Pak Galih melemparkan tanya dengan logat Jawa yang kental, setelah Yovan masuk ke dalam.
"Alhamdulillah sehat, Pak. Bapak gimana? Sehat juga kan?"
"Alhamdulillah, udah makan? Makan dulu sana ... mbok ya kamu main-main ke sini. Setiap hari juga nggak kenapa-kenapa loh."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Novela JuvenilPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...