Inget waktu lo cuman dua hari!Semalaman Yovan tak bisa tidur karena mengingat ucapan Ghofur. Meski kantung matanya mulai menunjukkan tanda lelah. Bak mayat hidup, Yovan terdiam dan melamun seharian tanpa bisa melakukan apa-apa. Raganya memang masih berdiri dan terjaga, tetapi rasanya jiwanya melayang entah kemana.
Beberapa kali ia juga memandangi sebuah undangan yang masih setia tertera dalam layar komputer yang menyala. Panik, bingung, menyesal sudah menjadi satu hingga tidak ada lagi aksi yang bisa Yovan lakukan sekarang.
Saat ini sudah pukul setengah lima pagi di tanggal tiga belas. Selama itu Yovan juga belum mampu memejamkan matanya sebab memikirkan semua hal. Zaenab, ibunya dan bahkan masa depannya juga. Apa yang harus ia lakukan andai kata memang ada kehidupan baru yang sudah harus ia tanggung saat ini?
Yovan bukan bajingan yang bisa semudah itu melupakan lalu kabur begitu saja dari tanggung jawab. Namun, Yovan juga bukan sosok yang berani menghadapi semua yang terjadi saat ini. Lagi dan lagi hanya ungkapan kegelisahan yang menemani dan justru sedari tadi ia memikirkan kondisi Zaenab.
Apa Zaenab baik-baik saja?
Apa Zaenab marah sekarang?
Atau bagaimana kondisi kandungan Zaenab?
Ya. Naluri Yovan sudah mulai terpantik buat peduli pada jabang bayi yang ada dalam kandungan Zaenab. Walau kali pertama kabar itu diketahui belum ia percaya sama sekali, tetapi sekarang justru kepedulian muncul dan membentuk sebuah kekhawatiran.
"Enggak. Enggak bisa gini! Gue gak bisa diem aja gini! Zaenab gak boleh nikah sama Tantan!"
Cowok itu kembali meraih ponsel yang ada di meja samping komputer. Membuka aplikasi penyedia layanan transportasi untuk mencari tiket pesawat ke Jakarta.
Saat ini bahkan Yovan belum kembali memikirkan Mamihnya dan asal memutuskan sendiri apa yang ingin ia lakukan. Namun, seolah semesta memberitahu bahwa kali ini restu orang tua adalah hal utama, tidak ada satu pun tiket pesawat yang tersedia hari itu. Yovan bahkan sampai melempar ponsel itu ke lantai saking kesalnya.
"Kenapa pas kayak gini satu aja tiket gak ada yang ready!!! Tutup aja sekalian bandara kalau gak ada penerbangan cukkk!!!" umpat Yovan.
Di saat kekesalan hati terus bergulir lalu membentuk kebingungan, ia akhirnya kembali memikirkan Mamihnya. Kembali termenung membuat Yovan akhirnya berdiri, menghampiri Melinda untuk meminta maaf lagi.
Yovan tidak lagi memedulikan rasa kantuk yang teramat berat, di benaknya hanya ada bayang-bayang pernikahan Zaenab yang harus sebisa mungkin ia gagalkan. Walau terkesan berniat buruk, tetapi demi apa yang seharusnya memang untuknya, ia rela menggagalkan acara sakral itu.
Langkahnya sedikit cepat menuruni tangga rumah. Suasana kediamannya juga masih terbilang sunyi bahkan di luar saja masih terlihat gelap. Yovan melirik ke arah kamar ibundanya yang masih tertutup rapat. Mendadak ia merasa ragu karena masih terlalu pagi dan jelas kemarahan Mamihnya juga bukan main-main.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Teen FictionPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...