Yovan membuka pintu dan persis di depannya adalah Ghofur. Iya, siapa lagi yang memanggilnya dengan heboh selain Zaenab? Pastinya si Ghofur ini. Beruntung cowok itu enggak langsung masuk ke dalam rumah tadi.
"Katanya lo mau konsul dulu, Bang. Kok udah di sini aja?"
"Dosennya kagak ada. Emangnya kenapa, dah?"
"Enggak. Enggak papa."
Andai Ghofur tau, muka Yovan aslinya bete banget. Sayangnya enggak mungkin juga ia mengusir Ghofur sekarang.
"Assalamulaikum, Yovan."
Deg.
Yovan yang mendengar sapaan itu langsung menoleh ke belakang punggung Ghofur. Jika dibandingkan dengan badan si Ghofur, jelas wanita di belakangnya terlihat mungil dan hampir nggak keliatan.
"Wa ... alaikumsalam." Lirih, terkaget-kaget karena nggak nyangka kalau bukan cuman Ghofur yang jadi tamu nggak diundang. "Kok ada Clara?"
Yovan melirik ke arah Ghofur. Tatapan yang menyiratkan pertanyaan mendalam.
"Ngapa sih lo liatin gue gitu banget? Mbak Clara ini tadi--"
Clara langsung memotong kalimat Ghofur dengan dirinya yang kini berhadapan langsung sama Yovan, membuat Ghofur terpaksa mundur dan terheran-heran.
"Aku tuh tadi mau ke toko kamu. Belum masuk ke toko, sih, terus Mas Ghofur ini juga baru dateng. Aku nyariin kamu, mau ngasih ini." Clara menjelaskan pada Yovan sambil mengangkat satu bingkisan yang di dalamnya pasti berupa box. Entah apa isinya, Yovan belum tau itu bahkan enggak peduli.
"Terus, katanya kamu pindahan, ya akhirnya aku ikut Mas Ghofur ke sini. Kenapa enggak bilang-bilang sih kalau mau pindahan, kan aku bisa bantu."
Yovan speechless. Padahal ia hanya bertanya dengan jumlah kata yang enggak lebih dari lima kata, itu juga ia meminta penjelasan pada Ghofur bukan Clara. Namun, wanita berlesung pipi itu menjelaskan seolah-olah ia memang butuh penjelasan. Ya, memang butuh, sih, tapi enggak terlalu.
"Siapaaa?" Suara itu menggema dan akhirnya sosok yang tadinya ada di ruang tengah sudah berada di sampingnya.
"Loh, ada Zaenab dimari."
"Lah Elu Bang. Dah lama kita tidak jumpaa. Gimana kabarnya andaaa?"
"Baek-baek saja. Sama Dewa?"
Zaenab enggak fokus sama pertanyaan Ghofur yang terakhir karena ia melihat Clara juga datang. Justru Zaenab sekarang berpikir ternyata Clara ini bukan cuman temen sekolahnya Yovan, tetapi Ghofur pun juga kenal.
"Oh, Bang Ghofur juga kenal sama si anu ... eh maksudnya Mbak ini. Eh, siapa dah namanya? Gue lupa." Zaenab enggak lupa sama nama Clara, hanya saja enggan menyebutkan.
"Clara. Padahal baru kenalan loh, apa kita kenalan lagi aja?" Clara menyahut dengan senyuman yang khas dan terlihat tulus.
Zaenab hanya membalas dengan senyum lebarnya sembari basa-basi ringan. Sementara Ghofur mengangguk, enggak sadar kalau mukanya Yovan malah makin bete. Bukan apa-apa, tapi mereka merusak momen berduanya sama Zaenab. Padahal belum tentu bisa lagi kayak tadi, tetapi sekarang sudah bubar jalan aja. Apalagi kehadiran Clara yang benar-benar enggak diharapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Teen FictionPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...