Menikah itu bisa memiliki dua makna. Pertama, pernikahan menjadi akhir dari sebuah perjuangan yang dilalui pasangan dan happy ending. Namun, pernikahan juga menjadi sebuah awal kehidupan yang baru dan sebisa mungkin menjalani segala biduk rumah tangga bersama.
Ada pepatah mengatakan 'seumur hidup itu lama' dan memilih orang yang tepat itu syarat untuk menjalani sampai akhir hayat menjemput. Ada pula yang mengatakan ketika sudah memutuskan untuk berkomitmen itu artinya sebagian kebebasan diri terbatasi dengan yang lain. Tentu ini enggak selamanya bermakna negatif, tetapi memang seharusnya begitu bukan?
Pernikahan bukan hanya tentang sebuah permainan yang ketika bosan atau merasa terikat lalu pergi. Menikah itu berbagi suka duka, ngobrol ngalur ngidul, dan mencari solusi bersama dalam setiap permasalahan yang terjadi. Enggak bisa berdiri sendiri dan serta merta meloloskan keputusan sendiri, apalagi bertingkah semaunya dan enggak menghormati pasangan.
Yovan yakin memilih Zaenab dan ia berharap Zaenab juga seyakin dirinya. Ia sudah siap menjalani biduk rumah tangga bersama gadis asli Cipulir itu. Apa pun yang akan terjadi, Yovan yakin bisa menghadapinya. Perjuangan mendapatkan Zaenab itu gak mudah.
Meski di zaman yang sudah gila ini banyak kasus 'hamili saja, pasti bakal direstui'. Tapi hal itu enggak berlaku bagi Yovan. Yovan justru harus berjuang melawan ego diri, memusnahkan sifat yang terlalu takut dan enggan keluar zona nyaman, bahkan ia rela hampir mati di tangan kakaknya Zaenab waktu itu. Perjuangan yang enggak main-main dan Yovan gak akan melupakan semua itu.
Sekarang, ia sedikit bisa bernafas lega sudah ada di tahap ini, sebentar lagi Zaenab akan sah jadi miliknya. Walau jantungnya deg-degan, tapi ia tepis agar akad itu berjalan lancar.
Pintu di salah satu kamar hotel yang disewa, terbuka. Itu Mami Melinda yang baru saja menutup lagi pintunya. Zaenab ada di kamar yang lain untuk mempersipakan dirinya dan sampai sekarang Yovan juga penasaran bagaimana Zaenab.
"Sudah siap, Nak?"
Yovan mengangguk. Sementara Mami Melinda berjalan hingga kini tepat di depan Yovan. Ia mengusap kedua lengan Yovan, menatap anaknya yang memakai baju beskap berwarna putih dan gak menyangka saja bahwa anaknya yang dulu ia bawa kabur dari rumah mantan suaminya itu sekarang sudah benar-benar dewasa.
"Terima kasih sudah bisa bertahan sampai sejauh ini ya, Nak. Mami minta maaf kalau selama ini salah sama Yovan."
Yovan tersenyum dan menggeleng.
"Harusnya Yovan yang bilang makasih sama Mami karena sudah bertahan sampai sekarang. Kalau Mami gak bertahan dan bangkit, Yovan gak akan bisa nikmatin apa pun yang memang jadi hak Yovan. Yovan beruntung punya Mami hebat. Mami jaga kesehatan, jaga diri baik-baik di Jogja. Yovan janji bakal sering pulang nengokin Mami."
Melinda hanya diam. Matanya berkaca-kaca, tapi ia tetap bisa tersenyum.
"Inget, ketika kamu sudah menyelesaikan akadmu, itu artinya kamu gak hanya berjanji sama keluarga Zaenab, tapi kamu udah janji sama pencipta kamu. Jangan pernah ingkari, apa pun yang terjadi. Tolong jaga komunikasi sama istrimu nanti, jangan pernah khianati istri kamu, inget sama anak-anak kamu. Mami doakan kamu bahagia sama Zaenab."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Teen FictionPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...