Angka digital di arloji Yovan sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
Dari obrolan yang terjadi antara dia dan Pak Darma, justru belum ada kata sepakat dari Yovan. Hal ini bukan karena Yovan menolak penawaran yang terjadi, tetapi banyak hal yang harus didiskusikan dan dipertimbangkan dengan Ghofur.
Beruntung, Pak Darma mengerti tentang hal itu, tetapi tetap saja Yovan gak bisa berlama-lama buat menentukan keputusan. Papanya Clara itu memberi waktu untuk segera mengambil tawaran itu atau gak sama sekali.
Bukan hal mudah bagi Yovan, sebab nyatanya Papanya Clara bukan hanya ingin bekerja sama dalam hal mencetak sablon untuk sebuah kaos, tetapi juga menggunakan jasanya Yovan dalam hal design. Jelas ini sudah dua hal yang berbeda.
Mungkin jika hanya berupa logo, Yovan gak akan butuh waktu untuk memikirkannya, tetapi Pak Darma menginginkan sebuah design original berupa gambar ilustrasi.
Kalau dipikir-pikir, untuk membuat satu desain bisa 3-5 hari agar semua terlihat sempurna, belum termasuk revisi. Pasalnya dalam kasus kerja sama ini, Pak Darma seperti memberikan challenge bagi Yovan dengan memintanya untuk mendesain tiga desain original berupa gambar ilustrasi full colour dan satu desain logo.
Memang belum ada gambaran tentang kesepakatan biaya yang terjadi, tetapi Pak Darma menjanjikan untuk membayar jasa design sesuai dengan tingkat kerumitan yang terjadi. Itu artinya, Pak Darma memang sudah memahami bahwa dua jasa itu berbeda dari segi pembiayaan.
"Ck, gilaa pusing banget pala gue."
Sudah cukup lama Yovan masih anteng di atas motornya sambil melihat lalu lalang kendaraan malam itu. Kepalanya benar-benar pusing seketika dan memilih berhenti di pinggiran jalan.
Masih ada lagi yang membuat Yovan jadi pusing tujuh keliling. Ia dibuat bertanya-tanya dan langsung overthingking. Ucapan nyokapnya Clara tentang Maminya membuat papah muda itu jadi gelisah.
"Mami kamu sering ketemu kamu berarti ya, Van?"
Yovan masih bingung dengan maksud pernyataan nyokapnya Clara. Yovan hanya bisa tersenyum, walau raut wajahnya memancarkan tanda tanya.
"Emm, enggak juga, Tante. Mami sibuk kayaknya, jadi kami jarang ketemu selama ini."
"Loh, masa iya? Bukannya Mami kamu sering ke Jakarta?"
Deg.
Yovan langsung memerhatikan nyokapnya Clara banget dan gak memutus tatapannya yang sedikit kaget dengan informasi itu. Padahal sampai detik ini, Mamihnya gak membalas apa pun pesan yang dikirimkan oleh Yovan. Namun, Yovan memahami semuanya sembari berusaha mengambil hati Zaenab lagi.
"Mami saya sering ke Jakarta?" akhirnya pertanyaan itu muncul yang mungkin akan menjadi tanda tanya bagi nyokapnya Clara, karena rasanya memang aneh kala anak dan ibu gak saling komunikasi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Teen FictionPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...