Sudah dua hari Lia memikirkan kenyataan yang sulit untuk diterima, kenyataan atas sebuah fakta yang ternyata selama ini dipendam rapat-rapat oleh orang tuanya. Kenyataan tentang Yovan, satu-satunya cowok yang ada di pikirannya saat ini. Entahlah ... rasanya, sekarang Lia membenci nama itu. Ucapan sang ibu terus terngiang dalam pikirannya.
Belum lagi, kenyataan lain yang membuat hatinya semakin sakit saat tidak adanya kepastian hubungan yang dia harapkan akan berakhir baik. Seakan keburukan hadir secara bersamaan memenuhi isi kepala yang rasanya bisa saja pecah kapan saja. Dia mengeratkan kesepuluh jemarinya saat rasa sakit menyelimuti benak.
"Li, kamu kenapa? Kenapa diem aja dari tadi. Diajak ngomong bukannya dijawab juga."
Suara itu seketika menyadarkan Lia bahwa ada orang lain selain dirinya di dalam mobil yang sedang melaju sedari tadi. Iya, pria yang menjadi masalah kedua dan menggantungkan perasaan serta hubungan mereka. Di mana tidak ada kejelasan yang tepat dan hal itu menimbulkan emosi tersendiri dalam benak Lia.
"Aku nggak kenapa-kenapa," jawab Lia singkat.
"Li, please. This is not you. Kamu lagi mikirin apa sih? Atau lagi mikirin siapa?"
Lia melirik pria yang masih fokus ke jalanan itu sejenak. Sial memang, pesonanya terlalu kuat hanya untuk sekedar membencinya. Namun, dia juga memiliki perasaan yang tidak bisa digantungkan seperti ini terus.
"Cowok lain!" tandas Lia santai, bermaksud membuat pria di sampingnya peka untuk tidak bermain-main terlalu lama dengan perasaanya.
Namun, bukan respon baik yang diharapkan Lia muncul dari pria di sampingnya, melainkan mobil itu tiba-tiba berhenti mendadak di tepi jalan, dekat dengan taman kota di daerah Blok M. Jalanan yang terbilang tidak terlalu ramai untuk menghentikan mobil mendadak seperti ini, hal itu jelas membuat Lia terkejut dan menatap ke arah pria yang bernama Langit.
"Kamu kenapa sih? Ngedadak banget ngeremnya?"
Pria itu menatap Lia tanpa senyum sedikit pun. Tatapannya nyalang bagai sang pemburu yang siap menerkam mangsanya.
"Are you seriously? Do you have another man?"
Lia memutar bola matanya malas, enggan menanggapi pertanyaan Langit dan mengalihkan pandangan ke layar ponselnya. "Udah deh bukan urusanmu juga, kan? Udah jalan lagi aja, ribet banget sih urusin beginian."
Tanpa diduga oleh Lia yang masih fokus pada ponselnya, Langit menghimpit tubuhnya hingga menatap ke jendela mobil. Mengurung tubuh mungil Lia hingga nyaris tidak ada ruang untuk bergerak.
"Bilang sekali lagi? Kamu punya cowok lain?"
"Bukan urusanmu!" Lia masih dengan jawabannya. "Lagipula apa—"
Jawaban yang cukup membuat Langit meradang, memicu gerakan frontal pria itu untuk membungkam ucapan yang membuat hatinya memanas. Sebuah pukulan dari tangan halus Lia tidak membuat Langit menghentikan aksinya mencium rakus bibir perempuan itu. Justru semakin merapatkan diri dan mencari akses mencumbu ceruk leher Lia. Bahkan tangannya sudah hampir melucuti blus perempuan itu. Seakan-akan mereka akan melakukan pertunjukkan eksklusif tentang cara bercinta di mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Novela JuvenilPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...