Setelah menunggu kurang lebih 20 menit, akhirnya Yovan sudah siap. Namun, Yovan masih enggak mau ngomong sama Zaenab, tapi tetap memerhatikan Dewa kala anak laki-lakinya itu bertanya tentang tayangan kartun yang ada di TV.
Sekarang sudah pukul tujuh lewat lima belas menit. Yovan sebenarnya masih ngantuk, tetapi ia tahu kewajibannya untuk mengantar Dewa dan bekerja.
"Ada sarapan niii dari Bunda." Zaenab membuka obrolan, walau gak tau bakal ditanggepin atau enggak. Seenggaknya itu bekal yang sedari tadi ada di tangan akhirnya tersampaikan.
Yovan melihat itu dan sekilas menatap Zaenab. "Buat gue?"
Zaenab mengangguk. Akhirnya Yovan mengambil rantang berbahan stainless steel itu dari tangan Zaenab. Walau gak banyak ngomong, tapi Yovan tetap menghargai dengan cara membuka makanan itu sesegera mungkin. Masih ada waktu buat sarapan dan lanjut mengantar Dewa.
Di dalam sana, ada dua rantang yang berisi satu nasi uduk dan yang kedua lauk pauk. Dari aroma yang tercium saja sudah membuat perut mendadak keroncongan. Apalagi kelihatan banget nasi itu masih anget dan lauk pauk yang terdiri dari kering tempe, perkedel kentang dan telur dadar cukup membuat selera makan Yovan tergugah. Hal itu jadi mengingatkan Yovan waktu masih tinggal di rumah Zaenab empat tahun yang lalu.
Tanpa nawar-nawarin, Yovan dengan cuek makan begitu saja. Sementara Zaenab ya bingung mau ngomong gimana, walau dirinya sendiri juga penasaran kenapa Yovan bisa semarah itu sampai gak mau ngajak ngomong.
Pada akhirnya, Zaenab udah enggak tahan lagi cuma diam doang sambil terus menatap Yovan yang kadang kala juga tertawa mengimbangi bujang kecil mereka. Zaenab lantas mengarahkan posisinya pada Yovan, berharap cowok itu juga menatapnya mau disengaja atau memang berasa kalau dilihatin.
"Vannnn ...,"
Yovan pun menoleh sesaat dan kembali menatap layar televisi.
"Apa?"
"Mau minta maap."
Kali ini antara suara televisi dan pernyataan Zaenab beradu imbang, walau begitu ia masih bisa dengar itu.
Yovan sampai mengernyitkan dahi, gak percaya dan masih heran dengan ucapan maaf dari Zaenab yang baru diucapkannya. Selama ini kayaknya Zaenab gak pernah mengucapkan kata itu.
"Lo nggak denger?" Zaenab senewen kala Yovan diam aja natapin dia.
Yovan gak langsung menjawab pernyataan itu, malah pamitan sama Dewa dan beranjak ke dapur. Hal itu akhirnya diikuti oleh Zaenab yang gak ngerti mengapa rasanya Yovan menghindari terus sejak tadi pagi.
"Van, lo denger kan gue ngomong apa barusan?"
Yovan yang lagi menenggak air putih itu menggangguk, walau sekarang masih membelakangi Zaenab yang menggebu karena mau masalah yang ia anggep sepele itu kelar. Berhubung ada respon yang gak melegakan hati, Zaenab pun langsung menghampiri Yovan dan justru diam di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
JugendliteraturPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...