57, Kisah yang terulang.

486 65 17
                                    

Hening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hening.

Keterkejutan Melinda berubah menjadi keheningan untuk beberapa saat. Hal yang membuat Yovan tak mampu untuk sekedar menatap ke arah sang Ibu. Kepalanya tertunduk, keberaniannya terhempas seketika setelah kalimat sulit yang ia lontarkan barusan membuat ibunya diam.

Yovan tidak tahu apa yang pikirkan ibunya sekarang dan semakin gelisah dengan keterdiaman itu. Hingga ia lihat kaki sang ibu berbalik, otomatis langkahnya juga mundur tiba-tiba karena terkejut. Yovan belum mampu untuk menjelaskan lagi andai kata Melinda bertanya.

"Kamu bilang apa Yovan?"

Tepat sekali, sekarang ibunya bertanya di depannya, memastikan segala apa yang sudah terlanjur terucap dari bibir. Namun, Yovan masih terdiam seakan bibirnya terkunci rapat walau ia ingin berbicara.

Sementara Melinda masih berusaha menahan diri agar tidak gegabah dan mendengar seluruh penjelasan anak semata wayangnya. Walaupun nyatanya mata itu mulai memerah menahan segala gejolak yang membuat jemarinya sedikit gemetar dan jantungnya mulai berdetak tak karuan hanya karena satu kalimat sederhana dari Yovan.

"Yovan kalo mau nge-prank Mamih enggak sampe segininya, Nak. Mami hari ini capek banget, di butik tuh sibuk banget tadi. Terus masa Yovan tega ngerjain Mami sih? Enggak lucu, Yovan."

Masih terlihat tegar walau sudah ada rasa was-was dalam diri, Melinda cukup terlihat baik mengontrol semuanya.

"Yovan bilang Mami kalau barusan itu cuman prank kan? Kamu nggak serius kan?"

Satu detik, dua detik, tiga detik berlalu bahkan sudah lima detik Melinda menunggu, tetapi masih tidak ada jawaban pasti. Hal itu akhirnya membuat Melinda sudah tidak lagi bersabar atas keterdiaman sang anak.

"Yovan!"

Sentakan itu mampu membuat Yovan yang tadinya menyiapkan segala kalimat pamungkas terlejut dan semua jawaban tershsun hilang seketika.

"Jawab Mami. Kamu punya mulut itu buat ngomong!" Bentak Melinda yang kini mulai mencengekram bahu anak bujangnya agar mau melihatnya untuk sekali lagi, mencoba memastikan kebohongan dari matanya sendiri.

"Lihat Mami! Jangan diem aja Yovan. Mami butuh penjelasan sekarang!"

"Yo--yovan nggak bercabda, Mi. Yovan nggak sengaja. Tapi--"

Plak!

Tidak ada lagi kalimat yang berlanjut saat tamparan keras itu menyentuh pipi Yovan dengan keras.

Baru hari ini, baru pertama kali ini Melinda melayangkan sikap keras pada sang anak. Selama 19 tahun hidup Yovan, tidak pernan sedikit pun tangannya menyentuh kasar sang anak dengan mudah. Walaupun ia sudah menahan diri agar mampu memahami semua penjelasan anaknya, tetapi benar-benar sulit untuk sekadar menerima kenyataan.

"Astagfirullah ...."

Melinda langsung menggenggam tangannya sendiri saat ini. Sadar apabila yang ia lakukan mungkin juga tidak pernah terjadi selama ini dan ia spontan melakukannya. Helaan napas yang terlihat berat dari Melinda cukup menerjemahkan bahwa kekecewaan wanita berusia 40 tahunan itu benar-benar tidak terbendung. Kini air matanya tidak mampu lagi tertahan.

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang