"Zae, nikah sama gue!"
Pernyataan itu membuat Zaenab hampir saja menyemburkan minuman yang barusan ia tenggak.
Kalimat singkat, tetapi juga nggak asing dia dengar selama ini. Yovan memang selalu menyatakan semua itu sesekali waktu dan jawaban darinya selalu sama.
Enggak mau.
Namun, sekarang rasanya berbeda, Zaenab enggak bisa jawab spontan seperti kemarin-kemarin.
"Lo kalo bercanda mulu gue siram ya pake minuman niiii." Zaenab mengalihkan pandangannya, gak lagi menatap Yovan.
Jantungnya mulai gak karuan sekarang. Zaenab meletakkan minumannya di atas meja depan sofa dan bingung harus apa. Zaenab salah tingkah, tetapi gak mau mengakui itu.
"Emm, ini nggak ada yang diberesin lagi? Biar sekalian." Pernyataan pengalihan itu tampaknya cukup menenangkan genderang jantung Zaenab yang sedari tadi berdetak dua kali lipat dari biasanya.
"Zae ...."
Genggaman di pergelangan tangan Zaenab membuat wanita itu mau gak mau melirik Yovan. Dilihat-lihat tatapan Yovan kali ini serius, gak seperti kemarin-kemarin atau bahkan tadi pagi.
"Lo masih ngira gue bercanda?"
Pertanyaan itu gak bisa dijawab oleh Zaenab, karena ia sendiri yakin kalau Yovan serius. Hanya saja, entahlah, Zaenab masih bingung sama hatinya.
"Tiga tahun bahkan sekarang hampir empat tahun. Kalau gue gak mikirin hati gue, kalau gue gak mikirin Dewa atau lo, gampang buat gue nyari yang lain dan pergi dari hidup lo. Bahkan bisa aja gue egois dan gak peduli sama Dewa. Tapi, gue tetep nunggu lo, Zae. Gue tetep nunggu lo bisa buka hati lo lagi. Apa waktu empat tahun itu belum bisa yakinin lo? Apa semua yang udah gue lakuin belum bikin lo bisa buka hati? Gue harus apa lagi, Zae?"
Nada yang gak tinggi dan cenderung pelan, tetapi mampu menusuk sampai relung hati Zaenab membuat wanita itu terdiam. Ada percikan yang memicunya untuk benar-benar diam. Zaenab pun kembali ke masa-masa sebelum semua ini terjadi.
Bagaimana ia yang selama ini mengejar Yovan, bahkan Zaenab mengaku jika dia duluan yang suka sama Yovan. Zaenab yang selalu mencari perhatian walau sikap Yovan ya cuek bebek. Sampai akhirnya Zaenab berhasil menyatakan perasaan malam itu, hingga terjadi hal di luar batas. Semua memori itu terkulik dengan sendirinya.
"Gue juga gak ngerti sama perasaan gue. Ada yang bikin gue harus nahan diri."
Enggak seperti biasanya yang ngomongnya kadang kayak anak kecil atau biasanya ngomel-ngomel. Kali ini Zaenab juga mengikuti nada bicara Yovan yang rendah dan serius. Walau ia enggak menatap Yovan, tetapi bukan itu fokusnya.
"Gue ngerasa hidup gue kayaknya susah buat normal lagi. Banyak hal sulit yang udah gue lewati. Hal-hal yang enggak pernah lo tau. Gue juga bisa kok nerima lo gitu aja, tapi apa lo mau gue nerima lo asal-asalan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Novela JuvenilPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...