31, Option or Poison(?)

432 79 5
                                    

"Jadi ini sudah fix, ya? Kita pakai desain yang ini aja sesuai kesepakatan," ujar salah satu kakak tingkat Yovan di tengah rapat event

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi ini sudah fix, ya? Kita pakai desain yang ini aja sesuai kesepakatan," ujar salah satu kakak tingkat Yovan di tengah rapat event.

Semua terlihat berjalan normal, saling sharing, debat kecil, juga cekikikan tawa menggema dalam ruangan seluas tujuh kali empat meter ini. Di depan ruangan bertuliskan 'Ruang BEM Fakuktas Desain dan Seni' yang saat ini digunakan untuk merumuskan segala event besar fakultas, Yovan turut bergabung di dalamnya bersama lima mahasiswa baru pilihan.

Di tengah keriuhan yang terjadi, nyatanya suasana kontras menghampiri sosok cowok yang tengah melamun sedari tadi. Cowok yang menjadi salah satu tim kreatif dan dokumentasi itu tidak lagi memerhatikan apa isi rapat, tetapi justru memikirkan hal lain yang tidak seharusnya ada dalam daftar isi kepala. Semula Yovan memerhatikan, lama kelamaan ia tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Gimana, Van? Lo bisa kirim file ini ke perlengkapan ya, tapi tambahin dikit sama yang udah disepakatin tadi, biar sekalian nanti dicetak."

Kak Al, ketua panitia event sudah meletakkan jobdesk tambahan untuk Yovan. Namun, cowok yang bersandar pada punggung kursi plastik itu masih melamun dengan pandangan lurus ke depan.

"Yovan!!!"

"HAH?" Yovan menatap Kak Al dengan heran, ditambah beberapa pasang mata yang berada di balik meja oval itu kini tertuju padanya.

"Kenapa dah lo, denger nggak tadi apa kata gue?"

Dahi yang berkerut dan tatapan meneliti membuat Kak Al menghela napas. Andai bukan karena skill Yovan yang mumpuni, mungkin cowok dari jurusan desain interior itu sudah hilang kesabaran. 

"Gue minta lo selesein ini desain terus kirim soft file-nya ke tim perlengkapan. Biar sekalian dicetak. Ngerti?"

"Oh, oke, Kak."

Yovan langsung menatap ke arah laptop, memotong suasana canggung yang terjadi. Harusnya ia tidak memikirkan Zaenab lagi. Namun, nama cewek berkulit ivory itu selalu saja mampu merangsek ke dalam pikirannya tanpa permisi.

Sikap yang otomatis ditunjukkan tadi pada cewek itu pun turut menjadi beban pikiran. Harusnya ia tidak bersikap egois sebab Zaenab pun tidak pernah tahu perasaannya.

Lagipula wajar bukan? Bila seorang perempuan memilih hal yang pasti dan bukan sekadar basa-basi?

"Yovan, kenapa?" Bisikkan itu terdengar dari sisi kirinya.

Yovan mendengarnya dan hanya melirik sejenak tanpa mau berbagi apapun pada siapa saja di kampus, kecuali mungkin pada Ghofur. Justru ia kembali meneruskan kegiatan tanpa repot-repot memerhatikan lainnya.

Merasa terabaikan, Retno mundur dengan sedikit kesal. Susah untuk mendekati sosok Yovan meskipun mereka pernah mengenal. Benar apa yang dibicarakan beberapa teman-teman organisasinya kalau Yovan itu adik tingkat yang cukup misterius. Banyak selentingan yang masuk sejak ada beberapa hal yang menonjol dari bakat Yovan, hingga kabar tentang sang Ibu yang merupakan seorang crazy rich di Jogja sekaligus selebgram yang cukup terkenal.

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang