"Mau yang ini atau yang ini?" tanya Tantan pada Zaenab kala tengah memberi pilihan makanan di salah satu kedai.
"Mauuuu yang itu ajaaaa!" tunjuk Zaenab pada satu porsi siomay yang memang menggugah selera.
Tantan mengangguk dan menyerahkan pesanan itu pada penjual untuk dibayar sekalian.
"Kalian udah? Ini aja?" Kali ini Tanyan melirik ke sebelah, ke arah teman-temannya yang kembali sibuk dengan rokoknya sembari menunggu Tantan.
"Udah, softdrink doang aja lah."
Tantan kembali mengangguk dan mulai membayar semua pesanan. Jika dibilang royal, cowok jangkung itu pantas untuk dikatakan royal pada teman terdekatnya dan orang spesial baginya. Apalagi untuk sang pujaan hati, bahkan nyawa mungkin akan ia serahkan.
Memang sih, terdengar hiperbolis. Akan tetapi pada kenyataanya memang apa pun akan ia lakukan untuk kebahagiaan Zaenab. Seperti saat ini, senyum yang terkembang pada cewek itu membuatnya hatinya ikut menghangat. Beruntung, teman-teman Tantan turut menyeimbangkan pergaulan dengan gadis pujaannya itu.
Mereka bisa bercanda dan menanggapi sikap Zaenab yang agak kikuk itu, hingga menciptakan gelak tawa bersama. Hal itu membuat Zaenab memiliki circle pertemanan baru, yaitu bersama para senior teknik dan jajaran anak organisasi di mana Tantan menjabat sebagai ketua senat saat ini.
"Berat banget kayaknya tas kamu, Za?"
"Haaah, iyaaa bawa literatur yang tebel buangeeettt kayak batu bata. Zae belum kembaliin ke perpus," keluh Zaenab.
Tantan tersenyum. "Sini saya bawain."
"Haaa gimana?"
"Iya, sini saya bawain. Kamu bawa minuman ini aja." Tantan langsung mengambil tas milik Zaenab dan menukarnya dengan minuman yang di pesan cewek itu.
Tindakan Tantan memang sederhana, tetapi berhasil membuat Zaenab cuman plonga plongo tapi terkesima. Sebab, bantuan itu memang dibutuhkan saat pundaknya sudah pegal sedari tadi.
"Ayo, Zae, duduk di situ."
Zaenab hanya mengangguk dan terbilang masih tersihir dengan segala bahasa cinta yang dilakukan Tantan. Meskipun Zaenab enggak tau-tau banget masalah percintaan, tetapi cukup paham dengan perlakuan baik dan tulus yang dilakukan orang padanya.
Khususnya dari seorang Tantan.
***
Bunyi dering ponsel itu menghentikan langkah Yovan tepat sebelum ia memasuki gedung bertuliskan 'studio DKV'. Cowok itu segera mengeluarkan benda pipih berlogo apel itu dan melihat siapa yang menelepon.
Ia lalu mengerutkan dahi saat nama yang tercetak di layar ponselnya adalah sosok yang jarang sekali bertemu. Bahkan mungkin sudah beberapa tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Teen FictionPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...