"Ikut Tante, yuk."
Dewa menggeleng, bahkan tangan Lia yang menggenggam tangannya saja ditepis. Sementara Lia justru tersenyum.
Itu artinya, Dewa mengerti jika Lia tetap orang asing dan dia tidak sembarangan bisa ikut bersama Lia.
'Lumayan juga ya didikannya Zae.'
"Loh, Bu Bos. Ini anak siapa?"
Wanita itu menoleh ke arah atas, di mana sosok pria berkemeja hitam polos baru saja datang dari arah lain. Sementara Lia masih berjongkok mensejajarkan dengan tubuh mungil Dewa.
"G-gak tau, yang jelas bukan anak aku. Kayaknya nyasar ini bocil. Bawa ke security aja kali, ya, Tan."
"Yakin nggak ada yang nyari. Gamau nunggu dulu aja? Kali nanti ada ibu sama bapaknya muncul."
"Tantan please, kita juga nggak ngurusin bocil doang kali. Kerjaan kita banyak, harus liat venue malam ini juga."
"Ya, tapi kasian tau, Bu Bos."
Lia berdiri, mendecak dan menatap Tantan.
"Bisa nggak sih, nggak ngebantah! Kamu mau dimaki klien cuman gara-gara nih bocil? Anak kamu aja bukan, repot banget ngurusin anak orang!"
Tantan hanya mengehela napas dan mengedikan bahunya seakan mengatakan,
“Terserah deh.”
Kemudian, Lia meraih satu cup minuman yang dibeli Tantan. Awalnya itu adalah pesanannya, tetapi ia lantas memberikan pada Dewa.
"Kamu mau? Kamu pasti haus, kan?"
Agaknya Dewa ragu, tetapi Lia berusaha meyakinkan bocah itu untuk tidak terlalu takut padanya.
Cara itu pun berhasil, hingga akhirnya Lia lantas membawa Dewa ke security yang berjaga di lantai itu, tidak jauh dari tempat Lia mengamankan Dewa.
"Pak, nitip anak ini. Kayaknya dia nyasar dan lepas dari orang tuanya. Kalau misal belum ada yang nyari, bawa aja ke pusat informasi. Saya sibuk nggak bisa tungguin. Namanya Dewa."
"Oke Siap, Bu."
"Tolong banget ya, Pak, dijagain dulu. Saya permisi kalau gitu."
"Baik, Bu."
Lia merendahkan dirinya sejenak dan menatap Dewa.
"Dewa sama Om ini dulu, ya. Nanti mamah kamu pasti jemput kok. So, jangan ke mana-mana, ya."
Bocah kecil itu hanya bisa mengangguk. Minuman cup di tangannya menjadi pusat perhatian Dewa daripada ucapan Lia.
"Ayo, Tan."
"Beneran ditinggalin nih?"
"Tantan ish!" Lia langsung menarik lengan Tantan dengan paksa, walau jujur saja dalam hati kecilnya juga tidak tega.
Sebelum benar-benar meninggalkan lantai itu, Lia menoleh kembali ke arah Dewa yang nyatanya dihibur oleh satpam tersebut.
Ada seulas senyuman di bibirnya, hingga ia melirik ke salah satu sudut di mana tertangkap bahwa Melinda bersama Zaenab tengah berlari ke arah Dewa.
‘Ternyata Mami beneran ke sini.’
Hanya itu yang ada di benak Lia dan akhirnya ia kembali menatap jalanan di depannya, berlalu dari lantai tersebut.
“Tan ...,”
“Hngg?” Tantan menyahuti sambil terus menyedot es kopi yang ia beli.
Lia lantas memeluk lengan Tantan, menandakan bahwa mereka berdua telah memiliki sebuah hubungan yang dekat, entah sejak kapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Fiksi RemajaPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...