Mobil sedan mewah milik Lia perlahan memasuki wilayah sebuah deretan ruko dekat kampus. Seperti biasa, Lia selalu menyempatkan waktu mampir untuk membeli makanan di kedai ayam geprek langganan.
Lia turun terlebih dahulu dari mobil, sedang Yovan masih mencari celah untuk memarkirkan mobil wanita itu agar tidak terlalu jauh berjalan.
Setelahnya, ia pun menyusul wanita cantik yang sudah berada persis di depan ruko ayam geprek langganan mereka. Warna kuning dan merah yang mendominasi menjadi ciri khas warung itu dan sangat menarik perhatian dari kejauhan. Belum lagi antrian yang mengular seolah mampu mendefinisikan bahwa memang kedai itu jadi favorit mahasiswa dan orang-orang di sekitar kampus.
"Lo seperti biasa kan, Mbak?" tanya Yovan akan pesanan Lia.
Lia hanya mengangguk dan memilih tempat duduk di luar ruko persis di sekitar area kasir kedai itu untuk menunggu. Sedangkan Yovan sudah melesat masuk mengantri demi mendapatkan pesanan Lia
***
"Mbak, jangan ngomongin apa-apa sama temen-temen gue di kampus. Gue paling males dikepoin, Mbak," ujar Yovan yang menyusul duduk menunggu pesanan mereka jadi setelah beberapa menit mengantri.
Lia menatap cowok yang sudah berada di sampingnya itu. Rasanya ucapan Yovan cukup serius kali ini.
"Iya-iya sorry. Gue kan berjanda."
"Bercanda, Mbak!"
Ada kekehan lagi yang keluar dari Lia. Wanita itu memang tidak akan ada habisnya menggoda Yovan. Ada hiburan tersendiri bagi Lia saat cowok yang masih dianggapnya sepupu itu terlihat salah tingkah ataupun kesal akan celotehannya.
Namun, rasa tidak menyenangkan kembali menyerang Yovan. Kerisauhan hati dan ingatan tentang Zaenab tadi.
"Tapi,Van. Bentar deh, jangan bilang lo masih aja demen sama dia? Jelas banget tadi udah ada cowok di samping dia kan?"
"Menurut lo? Kata lo sebelum janur kuning belum melengkung masih bisa ditikung?"
"Lo lagi nyari celah?"
"Ya ... Mungkin, bisa jadi."
Yovan kembali terdiam saat melontarkan kata demi kata seolah meyakinkan diri sendiri bahwa ia memang berniat mengambil Zaenab dari Tantan. Namun, apakah layak ia sampai seperti ini pada Zaenab? Lagipula apa Zaenab juga memiliki perasaan yang sama padanya?
Benar memang kata sang sepupu jika ia terlalu 'lebay' menyusuri rasa hingga semakin dalam tanpa bisa kembali lagi. Namun, itulah yang dirasakan oleh Yovan saat ini. Rasa suka dalam dirinya terlanjur mendalam dan sangat susah hanya untuk sekadar bisa melupakan.
"Atas nama Anandio."
"Van-Van, tuh udah jadi."
"Hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Teen FictionPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...