"Tan, kita mau ke mana, sih?" tanya Zaenab kemudian setelah beberapa menit berlalu ia duduk diam di dalam mobil milik cowok itu.
Sedangkan Tantan masih fokus ke jalanan dan kini memalingkan wajahnya ke arah Zaenab. Cowok itu tersenyum lagi dan menurunkan kecepatan karena lampu merah di depan mata sudah menyala.
"Mau ke gramedia bentar, terus habis itu ajak kamu makan. Kamu mau ke mana? Biar sekalian?" tanya Tantan menatap Zaenab.
Zaenab menggeleng. Percaya atau tidak, Zaenab mendadak seperti cewek normal lainnya dan tidak bertingkah absurd. Mode galaknya menghilang entah kemana jika Tantan yang ada di sampingnya. Justru sikap malu-malu kucing cewek itu yang kini menjadi pemandangan Tantan dan membuat cowok itu lagi-lagi tersenyum gemas.
Zaenab masih ingat dua minggu lalu, lagi dan lagi ia menggantungkan perasaan Tantan, tetapi anehnya dia juga berjanji pada cowok itu untuk menjawabnya.
"Tan, boleh nggak gue jawabnya nanti. Emm, kalau jawab sekarang kayaknya gue belum tau harus jawab gimana. Lagian lo bilang begini ngedadak banget, sih," ujar Zaenab sambil nyengir canggung.
"Iya nggak masalah, Za. Saya nunggu kamu sampai kamu siap. Saya juga lega akhirnya bisa ketemu dan lihat kamu lagi."
Zaenab kembali tersenyum, jujur saja sikap Tantan tidak dapat disepelekan. Perlakuan lembut itu cukup membuat Zaenab terkesan, tetapi tetap saja hatinya belum bisa memulai untuk membuka diri menerima apa itu yang dinamakan cinta.
"Tapi, selama kamu belum jawab perasaan saya, saya boleh kan dekat sama kamu. Ya, ngajak kamu jalan, makan atau apa pun itu. Biar kamu semakin yakin aja kalau saya serius sama kamu, Za. Ya saya harap sih kamu bisa nilai kalau saya nggak main-main."
Dan pada akhirnya, Zaenab terbawa suasana oleh sikap Tantan. Siapa yang tidak terpesona dengan manisnya perlakuan Tantan? Zaenab tidak akan munafik jika harus mengatakan Tantan itu ganteng, dewasa, dan pinter. Cuman cewek-cewek katarak saja yang mungkin bisa bilang kalau Tantan tidak sempurna.
"Za, ayo turun."
"Hah?"
Lamunan Zaenab tentang kejadian dua minggu lalu mendadak buyar oleh teguran Tantan. Dia pun melihat sekelilingnya dan ternyata mereka sudah sampai di salah satu besement mall. Zaenab langsung buru-buru turun dari mobil itu dan segera mengikuti langkah Tantan.
"Kamu ngelamunin apa dari tadi?"
"Enggak kok, hehe, lo mau nyari apa sih di gramedia?" tanya Zaenab yang masih berjalan bersandingan dengan cowok itu menuju ke dalam mall.
"Oh itu, saya mau nyari buku buat tugas kuliah. Dosennya yang nyuruh soalnya."
Zaenab hanya mengangguk saja dengan penuturan itu. Satu lagi yang membuat Zaenab terkesan dengan Tantan, tiap berbicara dengannya cowok itu selalu menatap lawannya tanpa repot-repot mengacuhkan dan tetap berbicara. Seakan sopan santun yang tercipta begitu kuat dari cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Novela JuvenilPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...