Semester Baru

175K 6.2K 281
                                    

Perkenalkan, nama gue Gena Pramudya. Pramudya diambil dari nama orang tua gue, Prameswara dan Widya. Sudah dua tahun berkuliah, nampaknya rambut gue mulai mengalami kerontokan. Bukannya tambah pinter, malahan tambah mumet.

Setelah libur semester yang tentunya gue pulang kampung, akhirnya gue kembali ke tempat yang membuat mental goyang dombret. Yaps, ngampus lagi.

Jam pertama agak siangan, karena gue lagi males masak akhirnya disini gue terdampar. Dibawah pohon beringin udah kayak kunti sambil makan bakso jualannya Juan, temen gue beda jurusan.

"Ngutang boleh gasih ju".

"Ngutang ngutang pala Lo peyang, bangkrut dong gue". Sahutnya.

Begini teman teman, juan ini sebenarnya anak orang berada. Asli Riau, merantau ke Jawa karena Kuliah. Kenapa gue bilang anak orang berada? Sawitnya berhektar hektar. Dari mana gue tau? Karena gue sempat ikut pulang ke kampungnya. Tentunya tidak sendiri, barengan sama teman teman yang lain.

Juan ini sehari hari naik motor CRF. Dan kalian semua harus tau, motor Juan kalau dirumah kayak nggak ada harga dirinya. Waktu gue ikut liburan pulang kekampung Juan, pingin nangis waktu liat motor Juan. Beneran!!

Motor yang seharusnya gagah dan ganteng, malah dijadiin buat ngangkut Sawit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Motor yang seharusnya gagah dan ganteng, malah dijadiin buat ngangkut Sawit.

P

rinsip juan katanya gini "Visi Misi kerja kaya raya" Tapi tetep aja, Gue meringis sedih waktu liat motornya.

Dan sekarang, sebab kegabutannya yang bikin Gue geleng geleng akhirnya dia jualan bakso dikampus. Motornya CRF ditumpangin gerobak jualan bakso keliling. Pernah liat akang bakso bawa CRF? Kayaknya gak ada deh selain Juan.

Waktu jam kelas dia masuk gue sama teman teman lainnya yang jaga jualannya, kalau Gue lagi kelas ya si Juan sendiri yang jualan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Waktu jam kelas dia masuk gue sama teman teman lainnya yang jaga jualannya, kalau Gue lagi kelas ya si Juan sendiri yang jualan. Kalau sama sama sibuknya, ya enggak jualan.

Kita kita dapat apa? Ada deh... Royal kok si Juan.

Karena kegabutannya juga, si Juan sampai buka cabang dijalan raya sebrang Kampus sama di dekat lampu merah.

Kalau diingat ingat lucu juga sih, gabut sampai buka cabang.

"ENAAAA," Dengan malas Gue menoleh kesumber suara cempreng itu.

"Gena nyettt," Protesku.

Selama dua tahun berkuliah di UBB (Universitas Bandung Bondowoso) siapa yang gak kenal gue. Manusia minim malu berotak encer. Sombong dikit gapapa lah. Sesuai dengan nama universitasnya, Sistem Kebut Semalam marak terjadi dimahasiswanya termasuk gue.

"Kelas sampe jam berapa ntar?" Laki laki bertubuh gembul ini menyusul duduk.

Gue punya 3 temen deket. Kang ganjen alias Sasa dulunya satu SMA sama gue sampe sekarang ngintilin gue.

Dan si gembul ini namanya Reyhan, dia teman Gue dari SMP malahan. Dulu kurus banget sekarang kayak kepala sekolahnya spongebob.

Dan terakhir, si Juandika Martarius si kang segala bidang.

"Jam 2," Gue menyahut lalu meminum air mineral gelasan.

"Tumben jam segini gak rame, biasanya pada di DPR," Ujar juan.

DPR= Dibawah pohon rindang. Tempat favorit kala suntuk maupun mencari inspirasi. Juan sibuk melayani temen temen yang pada pesen bakso. Jam jam kayak gini banyak yang sarapan bakso emang, gatau candu aja baksonya si juan.

Gue menghabiskan bakso yang ada dimangkok, lontong 2 cukup mengganjal perut seenggaknya sampe jam 2 siang nanti. Karena kasian juan banyak pembelinya, akhirnya gue mencuci mangkok sendiri.

"Lo udah pada liat belom kalau dosen statiska bisnis semester ini ganti Pak Gio," Celetuk reyhan.

Acara gue mencuci mangkok pun terhenti ketika mendengar ucapan reyhan.

"Heh yang bener, Gue gak liat pengumuman yang diedar digrup sih. Gila gila, bakal gak tenang nih semester," Timpal sasa.

Asal lo pada tau, yang namanya Pak Gio ini udah terkenal Killer dipenjuru Fakultas Ekonomi. Gionino Aksario, Dosen gak bisa dinego dalam hal apapun itu, Dosen single 35 tahun yang sampe sekarang belom nikah, banyak rumor kalau si bapak ini gay. Begitulah rumor rumor yang gue dapet dari kating kating gue.

"Merinding duluan gue, mana jam pertama pak Gio lagi," Gue mengelap tangan dengan serbet yang ada digerobak juan.

Sebuah mobil Range Rover Sport 3.0 HSE hitam melintas didepan gue dagangan juan.

Kok gue hafal? Ya iya lah, siapa sih yang gak tau. Karena cuma itu satu satunya mobil ganteng yang ada di Fakultas Ekonomi.

"Noh, yang lagi dibicarain lewat,"Ucap reyhan.

"Kapan gue kebeli mobil kek gitu, sarapan sama makan siang aja kadang suka gue jadiin satu biar hemat". Gue menyahut sambil mengelap tangan pakek serbet yang ada digerobak juan.

"Jam berape Gen," Tanya sasa.

Gue melihat jam yang ada dipergelangan tangan.

"Sembilan kurang 10menit," Gue Sasa dan Reyhan terdiam menyadari sesuatu.

"SIALAN, 10 MENIT LAGI MASUK WOI," teriak Gue mengheboh, Sasa dan Reyhan ikutan heboh. Gue buru buru ambil tas dan bergegas menuju kelas.

"Ju, Gue tinggal ya. Ada kelas," pamit reyhan.

Bukan apa apa, masalahnya jam pertama itu Statiska Bisnis dan dosennya yang baru aja gue bicarain. PAK GIO.

Gue, Sasa dan reyhan berlalu menuju kelas yang ada dilantai 3.

"WOII, NGIKUTTT," Teriak Sasa yang melihat teman sekelas Gue naik Lift.

"Gue kira Gue doang yang hampir terlambat," Ujar temen gue tadi.

"Kita bertiga juga, kelamaan jualan bareng juan nih," Sahut sasa.

Gue ketar ketir banget. Ini kenapa Lift seakan pakai mode slowmo

Akhirnya pintu lift terbuka setelah beberapa saat, kita langsung berlarian tergopoh gopoh menuju kelas. Ditikungan koridor depan Pak Gio muncul dengan santainya.

Brakk...

Gue membuka kasar pintu kelas dan duduk di pojok belakang, karena kursi depan keisi para LONtong saTE kelas.

Decit pintu terbuka terdengar jelas, pasalnya kelas mendadak sepi dan menegangkan.

Seorang laki laki bertubuh tegap berjalan didepan kelas dan duduk di tempat Dosen. Beliau mengamati orang yang ada diruangan ini.

"Selamat Pagi," Ucapnya Dingin tanpa ekspresi

"PAGI," jawab satu kelas dengan lantang.

Tak ada ucapan lagi dari pak dosen ini, beliau hanya mengamati mahasiswanya yang menegang kayak orang nahan berak. Gue yang dipojokan agak santai, karena gak terlalu kelihatan.

Tatapan tajam, wajah datar tanpa ekspresi, ucapan dingin.

Hot Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang