Jalan?

23.1K 2.5K 21
                                    

3 Bulan Kemudian

"Gak ngantin dulu nih". Tanyaku.

"Nggak deh, mau menghadap ke baginda Gionino ngumpulin tugas lo pade. Bentuk tanggung jawab untuk TERAKHIR KALINYA SEBAGAI PJ". Sahutku.

"Kakanda harusnya, masa baginda".

Gue menghadap kebelakang mengacungkan jari tengah dan berjalan menuju Ruangan Pak Gio.

Bruk..

Kertas yang gue bawa terjatuh akibat saat ngadep kedepan gue nubruk orang.

"Aduh maaf maaf, saya kurang hati hati". Ucapnya.

"Eh enggak kok, saya yang salah. Galiat liat jalan".

Gue mendongak melihat siapa yang gue tabrak.

Laki Laki, umurnya gue perkirakan sekitar 24an mungkin. Udah gabisa dibilang mahasiswa semester muda.

Wajahnya asing, belum pernah gue liat selama 2tahun difakultas ini.

"Hey, ini kertasnya". Gue tersadar dari lamunan dan mengambil kertas itu.

"Riko, anak hukum nyasar diekonomi". Dia mengulurkan tangan dan langsung gue sambut.

Pantes gue gapernah liat.

"Gena, oh ya saya duluan. Lagi buru buru". Pamitku.
__________________________________

Minggu minggu ini kelas agak longgar karena semua proses disemester ini sudah selesai dan dilanjut libur semester

Tok Tok

Yang awalnya baru ketuk pintu bau bau kemenyan menyerbak, kini gue sumringah.

Sumringah bukan berarti gue jadi demen sama pak gio sekarang, tapi posisi PJ udah kelar. Untuk masalah pak gio yang bikin gue sawan dulu, udah gue hempas jauh jauh. Toh sekarang kita hidup masing masing tanpa dia tau siapa itu Maudya. Kita banyak akurnya sih sekarang, akur sebagai Mahasiswa-Dosen.

"Taruh situ aja". Perintahnya, gue mengangguk dan menaruh tumpukan tugas.

"Saya per-".

"Nanti, nanti dulu".

Beliau memilah tumpukan kertas dan menyodorkan ke gue.

"Bantuin saya, semester depan kamu gak ketemu saya dan bukan PJ saya lagi. Biar gak kangen".

APAAA? BIAR GAK KANGEN? GUE JUGA OGAH KANGEN LU.

Gue mengangguk dan mengambil tumpukan tugas itu lalu duduk disofa.

"Pak gio gak ada Asdos?". Tanyaku sambil mengoreksi.

"Gak ada, kamu mau?".

"Gak, makasih".

Beliau terkekeh pelan..

"Kalau gini kan manusiawi dikit". Ucapku lirih.

"Bilang apa kamu?".

"Ha? Saya gak bilang apa apa pak".

Gue maupun pak gio sama sama larut pada pekerjaan masing masing, sesekali pak gio bersenandung mengikuti lirik lagu yang diputar dari ponselnya.

"Aku bisa membuatmu, jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta...".

Deg..

Kenapa vibes galau gini sih..

"Suka banget saya sama lagu ini". Celetuknya.

"Kenapa emang pak".

"Ada kisahnya". Beliau terkekeh lalu duduk disebelah gue dan menyenderkan punggungnya disofa.

Hot Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang