Ini Alasannya

25.6K 2.6K 18
                                    

GENA

Setelah diucek habis habisan sama bokap gue, gue mana berani keluar malem lagi hari hari dekat ini. Apalagi bokap juga masih disini walaupun gak dikos gue.

Setelah kemarin acara fakultas selesai, perkuliahan kembali seperti semula. Seharian dihantam tugas dan kelas sekarang gue menghabiskan malam dengan, YAPPSS REBAHAN.

Gue melihat chat yang gue kirim ke dika siang tadi masih ceklis dua, tadi dia masih belum masuk kelas katanya masih pusing.

Dring... Dring...

Gue melirik ponsel sekilas dan mengambilnya.

"Assalamualaikum". Ucap si penelepon disebrang sana.

"Waalaikumusalam".

"Kamu sibuk maudya?".

Yaaa... Siapa lagi kalau bukan Rio. Karena yang memanggil gue Maudya cuma dia.

"Enggak sih, kenapa?".

"Boleh temenin aku ngobrol ya".

"Boleh".

"Yang kemaren malam waktu UBB ada acara, itu siapa?".

Lagi lagi dia tanya itu.

"Gue kan udah bilang kemaren malem, temen gue".

Dika temen gue kan?

"PDKT?".

Gue menghela nafas pelan sebelum menjawab.

"Ya".

Kini giliran Rio yang menghela nafas.

"Kalau sama aku aja kamu susah dideketin".

Gue terkekeh sebentar.

"Gini ya, maaf nih sebelumnya. Gue sama dia udah lama kenal, 14 tahun gue suka sama dia. Dan dibanding sama lo, gue kenal cuma virtual itupun belum lama lama ini. Ya jelas gue lebih mudah deket sama dia dibanding lo Rio".

Dia menghela nafas lagi.

"Mari bertemu maudya..".

Gue mengerutkan kening.

"Aku ajari kamu agar bisa cinta sama aku dalam waktu singkat". Sambungnya.

"Gu-".

Tok Tok Tok

Gue menoleh ke arah pintu kos an yang diketuk keras, yang lama lama jadi gedoran.

"Gen.. lo belom tidur kan. Bukain pintu, penting".

"Gen".

"Mbak Genaa". Kali ini suara Tiara.

Gue membuka pintu dan mendapati Reyhan sama Tiara. Raut wajah Reyhan panik banget.
_____________________________________

RIO

"Kenapa nih, heboh bat lo pada". Ucap Maudya disebrang sana. Kudengar tadi seperti gedoran pintu.

"Anjing lo ya, gue telfonin gak bisa bisa lo lagi telfon siapa sih sok sibuk banget. Dia masuk rumah sakit mau operasi". Begitulah yang ku dengar, samar samar karena kemungkinan letak ponsel dengan sumber suara jauh.

Aku mengerutkan kening, siapa masuk rumah sakit?

"Lo jangan bercanda anjing, jangan buat gue panik". Kali ini suara Maudya yang terdengar sangat panik dan sesekali melontarkan kata kata kasar.

"Buat apa gue becanda soal ginian". Balas seseorang yang sepertinya suara laki laki.

"Gue ambil jaket bentar".

Grasak grusuk terdengar jelas disambungan telepon, tak beberapa lama panggilanku diputus sepihak oleh Maudya.

"Siapa yang sakit?". Ucapku bertanya tanya.
__________________________________________

GENA

Gue menyusuri lorong rumah sakit dengan tergesa gesa dan panik. Dada gue mendadak sesak denger Dika masuk rumah sakit. Yang gue tau dia gak ada sakit yang berat, cuma perutnya suka perih kalau telat makan.

"Tante". Panggilku saat melihat bundanya Dika terduduk sambil menunduk ditenangkan Jefa sama ayahnya.

"Gena". Bunda dika menoleh dan berjalan kearah gue lalu memeluk gue.

"Dika gen". Ucapnya.

Gue menuntun bunda untuk duduk.

"Dika sakit apa ya om kalau boleh tau". Tanyaku.

"Dika... Dika mengidap penyakit tumor otak selama 3 tahun ini".

Amblas hati gue, lemes banget dengernya.

Jadi selama ini Dika yang gue kenal punya beban ýang berat.

"Doain dika ya gen, supaya operasinya lancar". Ucap bunda dika sambil sesenggukan.

Gue mengangguk, udah susah buat ngomong. Gue menahan tangis supaya bunda dika gak ikutan sedih.

Operasi Dika dilakukan mulai jam 20.00 dan perkiraan selesai di jam 23.30an. Gue sedari tadi juga gak tidur sama sekali. Gue berdoa untuk kesembuhan Dika.

"Mbak, tidur aja. Nanti kalau operasinya kakak selesai, aku bangunin". Ucap jefa.

"Enggak jef, aku gak ngantuk kok". Balasku.

Gue terus terusan berdoa agar operasinya lancar dan Dika diberi kesembuhan.

Bunda dan ayah dika tertidur dikursi tunggu. Tinggal gue sama Jefa aja yang nunggu dokter keluar.

"Kakak pasti seneng banget kalau udah sadar dan lihat kak Gena disini". Ucap jefa, gue menoleh sebentar dan tersenyum.

"Kakak pernah cerita sama aku, katanya sayang banget sama kak Gena".

"Dia orangnya emang penyayang mbak, apalagi sama orang rumah. Kalau udah siang gitu dia malah yang suka ngingetin aku supaya makan dulu, ke bunda sama ayah juga gitu. Pokoknya mastiin dulu kita udah makan, baru dia. Selain sayang banget sama orang rumah, dari kelas 3 SMA semenjak penyakit ini terdeteksi kakak paling takut ninggalin kita dan ninggalin kak Gena". Sambungnya.

Lagi lagi dada gue sesak mendengar cerita jefa.

"Kakak juga pernah bilang gini, Kalau untuk macarin Gena mungkin gue bisa, tapi gak gue lakuin. Karena gue gak mau bikin dia nangis, karena gue gak tau juga sampai kapan gue bisa nemenin dia. Kakak takut, kalau membuat ikatan sama kak gena tapi malah dia yang ninggalin kakak karena penyakit ini".

Gue mendongak menahin air mata yang jatuh.

Jadi ini alasan dia...
_____________________________________

Hallo guys, jangan lupa ninggalin jejak yaaaaa❤️

Hot Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang