Kampus Heboh

27.3K 2.6K 77
                                    

Gena Pramudya

H-10 Pernikahan

Gue memperhatikan sosok manusia ngambekan yang sedang menjelaskan materi didepan sana.

Harusnya semester ini gue gak liat dia, tapi karena harus menggantikan jam ngajarnya pak yudis jadi gue harus bertatap muka lagi dengan manusia satu ini.

Ekspresi wajahnya sekarang lebih manusiawi dibanding awal gue ketemu dia, dulu kayak kanebo kering.

"Jadi ada yang ditanyakan?".

"Saya pak".

Gue menoleh ke sumber suara, si member cabe cabe an kelas ternyata.

"Silahkan trista".

Semua mata tertuju padanya.

"Anu, sebenarnya ini pertanyaan diluar matkul sih pak. Pak Gio udah nikah ya?".

Mata gue menyorot ke arah Pak Gio, bisa berabe kalau tuh mulut nyeplos kalau gue calon istrinya.

Bukan tak mau mengakui, tapi masih gue sembunyiin.

"Memang kenapa".

Gue menyorot was was banget kalau sampai dia nyebut nama gue.

"Anu, itu cincin". Dia mengamati sekilas cincin yang berada dijarinya.

"Tunangan, bulan depan nikahnya".

Anak anak sekelas saling sahut riuh patah hati mendengar Dosen Bujangnya udah hampir sold out.

"GEN. CINCINNYA KOK MIRIP PUNYA LO SIH".

SIALAN.

Gue menoleh dan melotot tajam ke arah sasa.

BANGKE NIH ANAK.

Semua mata tertuju ke arah gue termasuk Pak Gio.

"Ha? Emang iya? Mirip kali". Elakku.

"LAH, lo juga. Sejak kapan pake cincin, mo nikah lo".

SIALAN PART 2.

"Apaan, gue emang pake dari dulu".

"Sudah sudah, saya pamit dulu. Silahkan kalau mau gaduh sama Gena".

Sialan nih orang.

Gue menyorot tajam kearah Pak Gio yang berjalan keluar kelas.

Anak anak kelas mulai damai dan keluar kelas tanpa menanyakan ini itu sama gue. Gue sasa reyhan dan septa menyusul keluar kelas

"Sialan lo sa". Sasa hanya terkekeh melihat gue.

"Masih aja disembunyiin neng". Sahut septa.

"Nunggu halal dulu boskyuuu, nIh buat lo bertiga. Sekalian punya Juan ya Sa". Gue menyerahkan tiga undangan khusus untuk septa berbeda, karena itu undangan resepsi di jember.

Gue sepakat membuat resepsi di 2 tempat, yaitu di kampung sama di Jember. Ya karena teman teman kerja Pak Gio kebanyakan juga orang sini dan temen temen kuliah gue gak mungkin gue boyong resepsian di kampung.

Gue melirik sekilas saat melewati Pak Gio yang sedang mengobrol dengan teman sesama Dosennya, kayaknya lagi bagi bagi undangan juga.

"Euyy Neng Gena, lama kagak keliatan nihhh". Bang Sat menjajari langkah gue.

"Lo aja kali bang, kagak pernah seliweran di kampus".

"Gue kan pejuang skripsi buat melamarmu honey".

"NAJISSS". kompak sasa reyhan dan septa.

Gue tertawa kencang dengan gerutuan Bang Sat.

Tuk

Hot Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang