GENA
Hari ini dan besok gue masih ngampus, ya walaupun sekedar nongki nongki doang. Gue berjalan gontai menyusuri tepian taman kampus nyari para dugong yang katanya di Gazebo belakang.
Dari depan terlihat pak gio berjalan sambil menenteng tasnya, beliau melihat ke arah gue sedari tadi. Auranya beda dari kemarin kemarin, wajahnya kaku tanpa ekspresi.
Salah sajen kayaknya.
Gue mengangguk dan tersenyum saat berpapasan dari dekat. Beliau masih melirik sampai gue melewatinya.
"Maudya". Langkah gue terhenti, tubuh gue kaku kaget, kaki lemas. Gue mematung ditempat kala nama itu terpanggil lirih.
"Maudya". Lagi.
Gue beranikan diri untuk menengok kebelakang.
Pak gio.
Dia menatap gue.
TAMANNNN. KENAPA LO SEPI DISAAT SEPERTI INIIIII.
"Kamu benar benar maudya". Beliau menghampiri gue dan menggoyang goyangkan lengan gue.
"Ha? Oh, saya kira bapak manggil saya Pramudya gitu. Ternyata saya salah denger".
Entah alasan apalagi yang akan gue buat kali ini.
"Enggak. Jujur sama saya, kamu benar benar maudya?". Ucapnya menggebu sambil masih menggoyangkan lengan gue.
Gue meringis sedih melihat pak gio.
"Maudya siapa pak? Saya Pramudya, Gena Pramudya. Bapak salah orang".
Dia menggeleng.
"Enggak, saya nggak salah orang. Kamu maudya".
GGGGRPPP...
Beliau meluk gue.
"Kenapa kamu gak jujur sama saya? Atau kamu sebenarnya sudah tau bahwa saya itu Rio, dan kamu diam?".
Gue mematung, bingung.
__________________________________GIONINO AKSARIO
Dari awal aku sampai dikampus, aku langsung mencari Gena. Aku ingin mendengar langsung apa penjelasannya.
Aku masih setengah tidak percaya, bagaimana bisa si manusia sableng itu ternyata Maudya. Apa ini yang namanya kemakan omongan sendiri?
Mataku tak sengaja melihatnya melintas dikawasan Taman. Aku menghampirinya, mataku tak lepas darinya sampai saat dia melewatiku.
Aku berbalik menatap punggungnya, ada rasa takut gugup dan ragu untuk memanggilnya.
"Maudya". Langkahnya terhenti saat aku memanggilnya lirih.
"Maudya". Lagi, dan akhirnya dia menoleh kebelakang
Aku berjalan mendekatinya, dan memegang lengannya.
"Kamu benar benar maudya".
"Ha? Oh, saya kira bapak manggil saya Pramudya gitu. Ternyata saya salah denger".
Aku menggeleng
"Enggak. Jujur sama saya, kamu benar benar maudya?". Ucapku menggebu sambil masih menggoyangkan lengannya
"Maudya siapa pak? Saya Pramudya, Gena Pramudya. Bapak salah orang". Tanyanya
Aku menggeleng lagi.
"Enggak, saya gak mungkin salah orang".
GGGGRPPP...
Aku memeluknya. Ya, aku memeluknya tanpa memperhatikan disekitar ada orang atau tidak.
Ada sedikit rasa kesal bahwa tau Maudya sebenarnya adalah manusia sableng yang sering membuatku darah tinggi.
"Kenapa kamu gak jujur sama saya? Atau kamu sebenarnya sudah tau bahwa saya itu Rio, dan kamu diam?".
Dia hanya diam mematung
"Lepas". Ucapnya.
"Apa yang harus saya lakukan untuk kamu? Saya terlanjur dalam sama kamu walaupun sedikit kesal dengan kenyataan yang ternyata maudya itu kamu".
Ya walaupun kesal kenapa harus sableng ini yang jadi maudya, aku tetap menaruh perasaan dengannya.
"Pak gini ya, saya bukan Maudya. Jika bapak mencari Maudya atau siapa itu, itu bukan saya. Saya gak kenal siapa itu Maudya, karena saya Gena Pramudya bukan Maudya".
Kenapa menusuk sekali ucapan sableng ini.
"Kamu alasan lagi? Saya sudah cocokkan foto kamu dan foto maudya, dan itu tempat yang sama baju yang sama dan tentunya orang yang sama. Kamu tau lebih awal kalau saya Rio? Lalu kenapa tidak jujur dengan saya?". Aku membrondongnya dengan pertanyaan.
"Sekali lagi saya katakan, saya bukan Maudya. Saya gak tau maksud bapak. Sudah ya pak, kita hanya sebatas Mahasiswi dan Dosen. Harusnya bapak gak main peluk peluk saya tadi".
Dia beranjak dan menjauh dari tempat ini. Aku terduduk dibangku Taman.
Aku harusnya mencari tau lebih dalam lagi jika Gena itu Maudya atau bukan, tapi aku yakin jika foto itu maudya.
namun jika iya kenapa tak mengakui?
____________________________________GENA
Gue mengamati pak gio yang masih terduduk ditaman dari kejauhan, beliau menunduk dan mengacak acak rambutnya.
Merasa bersalah? iya.
Pak gio sebenarnya orang baik, walau kadang ngeselin gue bisa menilai dia sebenarnya nggak kaku kaku amat. Beberapa bulan menjadi PJ nya, beliau cukup asik menjadi teman bicara. Beliau juga Royal untuk sekedar makanan.
Gue meninggalkan Taman dan meninggalkan pak gio yang tengah terduduk.
Maaf pak.
Saya tidak mau terlibat hubungan apapun dengan dosen, cukup sewajarnya Mahasiswi Dan Dosen.
____________________________________Hallo Guys, Terima Kasih Sudah Mampir❤️
Yahhhhh, jadi sad boy UBB nih kayaknya pak gio. Kalau updateannya setelah ini agak telat author mohon maaf ya, bingung mau dibikin Sad Ending atau Happy Ending. Takut pada kecewa ntar
Jangan lupa ninggalin jejak ya. Tingkyu❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Relationship
Teen FictionAUTHOR SALAH KASIH JUDUL⚠️😭 Kalau kalian mengira ini berisi cerita hot++, KALIAN SALAHHHHH. INI LEBIH KE COMEDI hotnya dikit doang😭🙏 Virtual?? WAJIB MAMPIRRRR!!! ________________________________________ Andai saja waktu itu Gena tak meladeni Chat...