Aku Selalu Disini

24.2K 2.4K 8
                                    

Gue memperhatikan Dika yang terbaring dikasur rumah sakit dengan kepala yang sekarang bersih tanpa rambut. Dari tadi malam setelah dia keluar dari ruang operasi, gue masih setia nunggu dia sadar. Jefa harus pulang sekolah, bunda sama ayah pulang kerumah untuk mengambil pakaian ganti.

"Cepet sadar dik, gue nungguin lo dari tadi malem". Ucapku sembari memegang tangannya yang tertancap selang infus.

Dringg... Dringg...

Gue menoleh ke arah jaket yang tergeletak disofa

Tertera nama Sasa di ponsel gue.

"Halo sa?".

"Dimana? Lo gak masuk?". Ucap sasa disebrang sana.

"Di rumah sakit, kelasnya pak agus kan? Gue nitip absen ya".

"Oke, habis kelas gue kesana gen".

Setelah mengiyakan ucapan sasa gue menutup panggilan dan meletakkan ponsel dimeja samping. Hari ini sebenarnya ada dua kelas, kelas pak agus dan pak gio. Berhubung kelas pak gio sama sekali gak bisa dipake titip absen, gue cuma nitip dikelas pak agus aja.

Gue memperhatikan tangan dika yang terpasang selang infus. Gue menghela nafas pelan. Gue takut, takut dengan apapun yang akan terjadi sama Dika. Terus terusan gue merapalkan doa agar Dika bisa sembuh.

Gue duduk dikursi sebelah kasur dan meletakkan kepala dikasur sembari mengamati tangan dika.

"Gen...". Gue mendongak kala suara dika terdengar.

Dia tersenyum lemah. Gak kuat gue liat dia kayak gini.

"Dik, udah sadar? Mau apa? Gue ambilin". Lagi lagi dia tersenyum.

"Gue haus". Buru buru gue mengambil aqua botol dan memasangkan sedotannya.

"Sejak kapan lo disini?". Tanyanya setelah meneguk air.

"Tadi malem".

"Makasih ya gen, lo udah nemenin gue". Gue mengangguk dan tersenyum menanggapi Dika.

"Gue selalu ada buat lo, kayak kata lo waktu itu yang bakal selalu ada buat gue".

"Gue gak tau bisa nemenin lo sampe kapan gen. Lo sekarang juga udah lihat keadaan gue kayak gini. Tapi, lo harus tau kalau gue berusaha selalu ada buat lo". Kali ini senyum Dika begitu kecut.

"Gaboleh gitu, lo pasti sembuh dan bisa nemenin gue kemanapun. Kalau lo sembuh, kita ge bromo lagi kayak waktu SMA dulu". Bohong banget kalau gue gak sedih denger ucapan Dika.

"Kata dokter, umur gue gak lama gen. Sebenarnya operasi ini besar banget resikonya buat gue gen, doain gue ya". Kali ini gue memegang tangannya, mengusapnya lembut untuk menenangkan. Padahal gue sendiri aja gak tenang.

"Itu perkiraan, maut jodoh rejeki gak ada yang tau. Dan gue selalu doain untuk kesembuhan lo".

Dia tersenyum dan mengangkat tangannya lalu menaruhnya dipuncak kepala gue.

Gue merebahkan kepala dikasur, Dika masih mengusap usap kepala gue.

"Loh, lo bolos jadinya hari ini. Baru nyadar gue".

Gue hanya terkekeh.

"Gue kan udah janji, nemenin lo".

"Harusnya lo masuk, pulangnya kalau mau kesini kan bisa. Gara gara nungguin gue lo jadi bolos".

Gue tersenyum dan menggeleng.

"Yang ada gue gak tenang ninggalin lo".

Gue beranjak dan mengambil bungkusan diatas meja.

"Makan dulu, gue tadi beli bubur dikantin". Dia mengangguk, Dengan telaten gue menyuapi dia, sepertinya dia juga lapar dilihat dari cara makannya yang lahap.

"Lo juga makan lah, masa gue doang". Ujarnya.

"Nanti gue makan, sekarang lo dulu".

Setelah menghabiskan buburnya gue mengambilkan minum dan membereskan bekas makannya.

"Gen". Gerakan gue terhenti.

"Makasih udah ada disini, Aku cinta sama kamu". Sambungnya. Sedikit menggelikan karena gue sama dika jarang atau bisa dibilang tidak pernah menggunakan bahasa Aku-Kamu.

Gue tersenyum dan kembali duduk sambil memegang tangannya.

"Kalau lo cinta sama gue, lo harus sembuh". Dia mengangguk sambil terus menampilkan senyumannya.

"Aku Selalu Disini". Sambungku sambil mengusap punggung tangannya.

_________________________________________

Hallo Guys, masih nungguin gak nih.
Terima kasih ya yang sudah nungguin update an cerita ini. Jangan lupa ninggalin jejak❤

Hot Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang