RIO
Aku melihat luar melalui jendela, hujan disore ini sangat deras. Tak sedikit mahasiswa berada di pinggiran teras untuk meneduh.
Aku melirik arloji, pukul 16.30
Pekerjaanku juga sudah selesai, aku segera membereskan barang barangku dan memasukkannya dalam tas.
____________________________________
Aku berjalan menuju parkiran Dosen untuk pulang, sesekali aku mengangguk menjawab sapaan dari mahasiswaku yang terjebak hujan.
Didalam mobil aku tidak langsung menjalankannya.
Aku menelfon seseorang yang akhir akhir ini mengusik hatiku.
Tertawakan aku yang gila ini, bisa bisanya menaruh hati pada seseorang yang belum pernah ku temui. Melihanya saja juga belum pernah.
"Kenapa?".
Baru saja panggilanku terjawab galaknya sudah keluar.
Aku tersenyum, mulai terbiasa dengan kegalakan wanita satu ini.
"Pengen telfon aja".
"Gue lagi neduh, udah dulu".
"Dimana? Aku jemput ya?".
Aku mencoba menawarkan sebuah jemputan, siapa tau dia mau. Jarak tempat mengajarku dengan kampusnya juga lumayan dekat.
"Gak gak, gue bareng temen. Udah dulu, ntar lagi kalau gue udah dikos".
Aku menatap layar ponselku saat panggilan diakhiri sepihak oleh Maudya.
Sedikit merasakan kecewa, namun ya... Tak apa lah.
Aku menyimpan ponsel dalam saku dan menjalankan mobil untuk pulang.
Hujan cukup deras mengguyur kota ini, disepanjang jalan aku melihat cukup banyak orang berteduh.
Aku cukup bersyukur dengan usahaku yang tak luput dari dukungan orang tua tentunya, aku bisa membeli rumah di sini dan juga dikampung halaman. Merenovasi rumah Bapak Ibu, Kendaraan serta usaha yang cukup berjalan.
Aku anak pertama dari dua bersaudara, adikku perempuan berumur sekitar 19 tahunan dan juga belajar dikampus tempatku mengajar. Sayangnya dia tidak mau ku ajak tinggal bersama.
Katanya "Gak ah mas, yang ada temen temenku modus dateng kerumah supaya ketemu mas. Dan juga pasti gak akan bebas kumpul dirumah".
Aku hanya tertawa saat dia menyampaikan pernyataan untuk menolak tinggal bersamaku. Dikampus saja dia mana pernah mau menegurku. Ah iya, pernah sekali dia mendatangi ruanganku ketika uang jajannya habis.
Kini dia memilih kos didekat kampus, dia selalu mengunjungiku saat libur atau kalau bahasa gaulnya dia Gabut.
Ah iya, mungkin aku bisa memiliki segalanya. Tapi sayang sekali, untuk masalah istri aku sampai sekarang belum menemukannya. Ah bukan belum, hanya saja aku terlalu sibuk dengan duniaku sendiri.
Namun setelah bertemu dengan maudya walaupun secara virtual membuat gejolak tersendiri dalam hati. Padahal bertemu saja belum pernah, mendengar suaranya saja sudah menyebabkan debar di dada.
Catat, bahwa ini bukan nafsu.
Ya memang aku memiliki nafsu yang dibilang besar. Bagaimana tidak, selama 35 tahun aku sendiri. Dan merasakan kesepian dalam hal ya... Itu lah. Sering melakukan Solo untuk mengobati nafsuku saat menggebu, sebenarnya tidak baik juga. Tapi mau bagaimana, istri belum punya Jajan juga jijik.
Nafsuku selama beberapa bulan ini selalu naik, tapi tidak ada terbesit untuk merusak seseorang atau sekedar Jajan.
Aku menghembuskan nafas, tepat sekitar 10meter didepan ada sepasang muda mudi yang tengah berteduh. Semakin dekat, semakin jelas siapa mereka berdua.
Dia mahasiswa dan mahasiswiku. Yang ku ceritakan tertidur dikelas tadi.
Gena, ku tau namanya dari Pak Yanto. Cukup aktif dalam hal Pecicilan dan cukup aneh. Dia tergolong mahasiswi pintar, nilainya tak pernah telat A. Hanya saja dengan perilakunya tadi, di mataku dia sudah C.
Dan teman laki laki disampingnya, yang ku tau namanya Mahardika. Mahasiswa Beasiswa Penuh yang sangat pintar, seluruh Dosen mengenalnya karena kepintarannya.
Saat seumuran mereka harusnya aku dulu menggaet setidaknya satu wanita, dan mungkin sekarang aku sudah menikah. Sayangnya, dulu seumuran mereka aku sibuk belajar belajar dan fokus belajar.
Dan lagi, dulu aku sangat risih didekati wanita wanita apalagi bergelayutan manja mendekatiku.
AKU NORMAL.
Itu yang perlu aku tegaskan, menonton film dewasa saja aku memilih yang Laki-Perempuan. Bukan Gay.
Selama 25menitan aku sampai dirumah, aku memasukkan mobil ke garasi.
Dirumah ini aku hanya tinggal sendiri, namun setiap hari minggu Pak Dadang dan Bik Minah datang untuk mengurus rumah.
Aku menyandarkan tubuh ke sofa empukku.
Hujan diluar masih saja deras, padahal didaerah simpang lima tadi mulai reda.
Aku memejamkan mata merasakan dingin.
______________________________________
Hallo jangan lupa ninggalin jejak.
Sorry otak authornya kadang waras kadang enggak, part ngikutin otak author wkwk.
Lopyu guys❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Relationship
Teen FictionAUTHOR SALAH KASIH JUDUL⚠️😭 Kalau kalian mengira ini berisi cerita hot++, KALIAN SALAHHHHH. INI LEBIH KE COMEDI hotnya dikit doang😭🙏 Virtual?? WAJIB MAMPIRRRR!!! ________________________________________ Andai saja waktu itu Gena tak meladeni Chat...