Kemana saja?

24.7K 2.4K 46
                                    

RIO

Aku merebahkan diri disofa ruang TV, setelah pulang Takziah dari rumah Mahardika aku mengantar Pak yanto juga bimo kembali ke kampus dan aku langsung pulang.

Bunyi musik koplo terdengar kencang yang bersumber pada kamar adikku. Ya, ternyata saat aku pulang dia sudah ada dirumahku. Tumben tumbenan dia mau kesini, ternyata nagih uang yang tadi belum sempat aku berikan karena kepergok Gena.

Aku berjalan menuju kamarnya yang terbuka, berkacak pinggang ditengah pintu kamarnya dan geleng geleng melihat kelakuan adikku satu satunya ini.

Dia masih belum sadar bahwa aku tengah memperhatikannya.

"Apasihhhhhh... maen mati matiin aja". Aku terkekeh kala dia mengamuk karena soundnya aku matikan. Dia meninggalkan setrikaan yang masih menyala dan menghidupkan lagi soundnya namun segera ku kecilkan lagi volumenya.

"Ngeselin". Katanya.

Dia kembali ke meja setrikaannya.

"Kesurupan apa sih Nduk, tumben demen banget musik koplo". Tanyaku terkekeh dan sedikit membesarkan volume soundnya.

Aku terbiasa memanggilnya "Nduk" dari dia masih kecil.

"Mbak tetangga kos sama bu kos, demen banget pagi pagi nyetel soundnya bu kos. Mana si bu kos juga support". Aku hanya menanggapi dengan gelengan kepala.

"Nikah mas mas, rumah segede gini ditinggalin sendiri". Aku tersenyum masam mendengar celetukkannya, adikku benar tapi ya mau bagaimana lagi.

"Nanti". Jawabku.

"Basi". Sahutnya.

"Aku kenalin sama mbak tetangga kosku gimana?". Aku mengerutkan kening.

"Tetangga kos kamu ya berarti mahasiswa mas juga Nduk Nduk". Sahutku sambil menonyor jidatnya dan duduk di kasur kamarnya.

"Yeeee.... emang ngapa sih. Banyak kali yang nikah sama mahasiswinya sendiri".

"Dan mas gak termasuk itu". Sahutku dan keluar dari kamarnya.

Aku duduk kembali di sofa depan tv sambil memainkan ponsel. Pesan yang ku kirim pada maudya belum juga dibaca, bahkan last seen nya dari pagi padahal sekarang sudah petang.

Ku telfon juga hanya memanggil dan pesan yang baru saja ku kirim malah menunjukkan ceklis saru. Berarti memang tak menghidupkan Whatsapp.

Kemana? Apa dia baik baik saja?

Aku mencoba untuk menghubunginya lagi, namun tetap sama saja. Ku letakkan ponsel dan memejamkan mata. Perasaan tak enak pun tiba tiba menjalar, aku tak pernah sekhawatir ini untuk orang lain.

"Mas, aku balik ke kos an ya". Aku menoleh ke arah kamar adikku.

"Kenapa? Tidur disini aja Nduk, baju kamu juga masih ada dilemari. Udah malem juga ini". Dia mengangguk dan masuk kembali ke kamar.

Ting..

Aku melirik ponselku yang menyala karena ada notif masuk.

Maudya

Kenapa? Sorry, baru pegang hp gue

Aku tersenyum kala ada balasan pesan dari maudya, buru buru ku tombol ikon telefon.

"Assalamualaikum".

"Waalaikumusalam". Sahutnya disebrang sana. Aku melebarkan senyuman kala mendengar suaranya.

Aku berjalan kearah pintu belakang dan duduk didepan pintu. Jika aku tetap didepan TV pasti si cacing kremi akan menggangguku.

"Kemana saja? Aku khawatirin kamu maudya".

"Sibuk".

Aku menghela nafas pelan.

"Dari kemarin kamu gak bales pesan yang aku kirim, kamu gak apapa?".

Dia hanya menggumam menyahutiku.

"Ada masalah ya?". Tanyaku lagi.

"Banyak".

"Cerita sama aku, siapa tau lebih lega".

"Mau gue cerita sekalipun gak akan merubah keadaan Rio... udah deh". Balasnya dengan suara serak.

"Seenggaknya bisa sedikit lega Maudya".

"Pacar gue meninggal". Jawabnya lirih.

Aku terdiam. Aku terdiam mendengarkan lirihnya isak tangis Maudya disebrang telefon.

"Selama 14 tahun kita sama sama mendem perasaan, baru baru ini dia jujur sama gue. Dan ternyata cinta gue gak bertepuk sebelah tangan. Tapi tuhan ngambil dia".

Aku masih terdiam kala mendengar cerita maudya. Nyeri dihati menjalar saat mendengar isakan maudya.

"Aku turut berbela sungkawa Maudya". Tak ada sahutan darinya, hanya ada suara isakan.

"Kamu dimana ini?". Sambungku.

"Kos an". Jawabnya dengan suara masih serak.

"Aku kesana ya? Aku khawatir sama kamu". Bukan, bukan aku mau mencari kesempatan dalam kesempitan. Tapi ini murni karena aku khawatir.

"Gak usah, gue juga mau istirahat kok". Sahutnya.

"Gue tutup ya?". Sambungnya.

"Iya, selamat malam maudya. Selamat beristirahat".

"Iye lu juga".

Aku menutup sambungan telefonnya dan meletakkan ponsel disamping dudukku. Aku menghela nafas, lega ketika sudah mendengar suaranya.

"Pantessss.. gamu dikenalin siapa siapa. Punya pacar toh ternyata". Aku berjengit kaget kala suara adikku mengagetkan.

"Nguping ya kamu". Tuduhku.

"Dih... pede banget anda. Gimane gak denger, suara situ menggelegar serumah. Iki khiwitir simi kimi". Aku mendengus kala adikku menirukan percakapanku. Dia duduk disebelahku dan mengambil ponselku.

"Siape sih orang yang bisa nakluk in nih kutub". Celetuknya sambil mengotak atik ponselku.

"Kepo". Sahutku sambil merampas ponselku ditangannya.

"Orang mana mas? Kok gak pernah dikenalin sih...".

"Baru juga kenal".

"Alhamdulillah ada bahan gosip baru nih sama mbak Gena".

Aku mengernyit tak tau maksudnya.

"Bahan gosip?". Tanyaku.

"Iya mas, Mbak Gena tuh tiap hari kalau ngeluh gara gara kesel sama Mas pasti sama aku. Katanya gini "Dih, pantesan ga nikah nikah. Cabe cabe an mana yang mau sama tuh orang. Sekalipun ada, gue doain gak kena tekanan batin tuh bininya". Jawabnya sambil menirukan suara Gena.

Aku hanya geleng geleng kepala, bisa bisanya adikku menjadi sumber gosip sedangkan yang digosipkan adalah kakaknya sendiri.

"Jangan lama lama, langsung diajak ke depan penghulu aja". Celetuknya lagi.

"Anak kecil tau apa sih". Sahutku sambil mengacak acak rambutnya.

"Dih.... pengalaman cinta Ara sama mas, masih banyakan pengalaman Ara loh ya". Balasnya tak terima.

"Pengalaman? Oh.... pengalaman diajak keluar tenyata sama sekali gak dijajanin terus pulang pulang badan geter semua gegara belum makan?". Balasku sambil menahan tawa.

"KENAPA DIINGETIN SIHHHHHH...!!!! BODO AH, KITA KEMUSUHAN". Aku tertawa terbahak bahak kala adikku pergi sambil menghentak hentakkan kakinya.

Dulu saat SMA dia pernah ada PDKT sama temen sekelasnya, waktu diajak keluar dengan pedenya gak makan dirumah katanya nanti juga diajak makan. Ternyata tidak, pulang pulang badannya geter gara gara belum makan.

Aku menyusulnya masuk karena udara malam makin dingin.

_______________________________________

Hallo guys, terima kasih yang sudah menunggu. Jangan lupa ninggalin jejak ya❤️

Hot Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang