Mengikhlaskan

26.2K 2.2K 34
                                    

GENA

Tutt... Tutt... Tutt...

Gue mencoba menghubungi pak gio namun hanya nada tunggu dan tak kunjung terjawab, pesan yang gue kirim juga cuma ceklis satu.

"Kenapa gen?".

Gue menoleh dan mendapati reyhan

"Ha? Enggak, gak ada".

"Lo belum makan? Gue ambilin ya, pucet lo dari tadi. Sibuk sampe lupa makan gitu".

Gue mencoba mengirimi pesan Tiara, namun katanya tadi Pak Gio ke kos an gue selanjutnya dia juga tidak tau kakaknya pergi kemana lagi.

"Sibuk kali ya?". Batinku.

Gue mengambil alih piring yang dibawakan reyhan.

"Thanks".

"Yoi".

"Btw, besok bareng gue aja balik ke kosannya".

"Gaenak dong gue gak bawa motor sendiri".

"Yailah, kan ada gue".

"Gak ah. Lo kalau mau bareng, pake motor gue aja. Kalau gue nebeng lo, waktu kelayapan gue jadi terbatas".

"Lo kelayapannya juga sama gue ege".

Gue terkekeh pelan menanggapi reyhan dan melanjutkan makan sambil melihat para tamu yang datang-pulang sedari tadi.
______________________________________

Gionino Aksario

Aku termenung bersandar dikepala ranjang sambil menerawang angan. Berkali kali aku menghembuskan nafas lelah, kalimat sakral yang ku dengar ditelfon tadi masih berputar dikepala.

"Gi.. makan dulu. Kamu belum makan kan".

Aku menoleh ke arah pintu mendapati bunda membawa nampan berisi air dan makanan.

Bunda kemari setelah ditelfon Tiara, sebenarnya aku tidak apa apa hanya saja Tiara terlalu berlebihan khawatir denganku.

"Anak bujang bunda kenapa, ngelamun mulu kayaknya dari tadi".

"Enggak kenapa kenapa bun".

Aku mengambil piring berisi nasi dan lauk pauk lalu mulai memakannya.

"Ada yang ngeganjal?".

Aku menghentikan suapanku dan menaruhnya di meja.

Aku merebahkan kepalaku di pangkuan Bunda.

"Kenapa, cerita sama bunda".

"Patah hati?". Tebak bunda.

Aku mengangguk pelan

"Sama siapa?".

"Gena".

Bunda menghentikan elusan tangannya dikepalaku

"Temennya Tiara?".

Aku mengangguk pelan

"Patah hati kenapa? Dia nyakitin kamu?".

"Enggak, ini bukan soal dia nyakitin Gio atau Gio nyakitin Gena. Ini karena semuanya serba datang terlambat bun".

"Semuanya terlambat". Sambungku.

"Kenapa begitu?".

"Semua perasaannya terkuak ketika Gio udah bunda jodohkan dengan anak teman bunda".

"Maafkan bunda ya nak, semua salah bunda".

Aku tersenyum tulus

"Bukan salah bunda, sekalipun bunda nggak jodohin Gio. Dia tetap gak bisa Gio miliki".

"Di waktu yang bersamaan dia dijodohkan".

"Dan tadi siang...".

Ucapku menggantung, sesak lagi lagi menjalar didadaku

"Tadi siang?".

"Tadi siang dia menikah".

Bunda menatapku sendu. Aku menunduk menutupi kesedihanku.

"Nak.. sini lihat bunda".

Aku mendongak dengan wajah yang memerah menahan tangis.

Bunda dengan telaten mengusap kepalaku membuat tangis tak bisa ku bendung lagi.

Bunda mengusap air mataku yang mengalir.

"Anak bunda kenapa gak pernah cerita sebelumnya?".

Aku tak menjawabnya, aku hanya diam

"Anak bunda percaya takdir gak?".

Aku mengangguk pelan

"Sekeras apapun Gio mengejarnya, jika dia bukan takdir Gio pasti ada saja pemutusnya".

"Anak bunda jangan sedih, bujangan kesayangan bunda ini ganteng mapan pasti banyak yang melirik".

Aku tetap diam. Sekalipun banyak yang melirik. Jika hatiku masih menetap di Gena, semuanya tak berarti sebanyak apapun yang melirik.

"Bunda pesan sama Gio, boleh?".

Aku mendongak dan mengangguk

"Jangan diganggu lagi ya Gena nya, biarkan dia hidup bersama orang yang menjadi pilihan orang tuanya. Anggap bahwa kamu dan dia tidak pernah terjadi apa apa. Doakan kebahagiaan selalu hadir dikehidupannya".

"Satu lagi, Ikhlas itu memang sulit. Tapi, Gio harus belajar ikhlas menerima ini semua. Gio masih punya kehidupan yang harus dilanjutkan, ada bunda ayah dan tiara yang menemani Gio sampai saatnya Gio menemukan pengganti Gena".

Aku meresapi kata kata bunda.

Benar, aku tak boleh mengganggunya. Dia sudah terikat dengan laki laki yang mengucapkan kalimat sakral dan berjanji didepan saksi serta ayahnya langsung. Aku tak boleh egois hanya untuk perasaanku sendiri.

Aku senang melihat dia bahagia.

Berarti aku juga harus turut senang saat ini, walau bahagianya bukan aku yang menciptakan.
_______________________________________

Hallo Guys Tingkyu Yang Udah Setia Sama Cerita Ini❤️

Ketebak gasih alurnya, pengen buat yang menye menye termehek mehek tapi gue gabisaaaaaa. Gue orangnya recehhhh, gabisa buat yang termehek mehek.

Btw, jan lupa ninggal jejak😤🔪❤️

Hot Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang