Ada Bapak Negara

27.6K 2.6K 59
                                    

"Pelan pelan anjir". Gue menggeplak kepala septa yang nyetirnya mulai oleng.

"Lo sih, nih motor keberatan mikul dosa dosa lo". Sahutnya.

"Dik?". Dia menjawab dengan gumaman dan bersandar dibahu Septa.

Gue sesekali mengajaknya bicara, memastikan bahwa dia masih sadar.
____________________________________

Beberapa menit kemudian gue sampe dirumah Dika, lampu ruang tamu sudah dimatikan yang artinya orang rumah udah pada tidur. Gue melirik arloji, 23.05. Pantas saja sudah pada tidur.

Dengan bantuan Septa gue membantu Dika duduk dikursi teras.

"Assalamualaikum". Ucapku, sambil mengetuk pintu.

Kata dika kuncinya sebenarnya ada di bawah fas bunga, tapi gue juga masih punya sopan santun jadi gue bangunin orang rumah.

"Assalamualaikum, ini gena tante". Takutnya kalau gue gak ngaku dikira orang jahat.

Beberapa saat kemudian lampu ruang tamu menyala, ayahnya dika membukakan pintu.

"Gena..". Ucap ayah dika, lalu menoleh ke samping dan mendapati dika terduduk sambil memegangi kepalanya.

"Kenapa? Pusing lagi?". Tanya beliau.

Sepertinya ini gak sekali dua kali dika kayak gini.

"Masuk, masuk dulu". Sambung beliau.

Gue sama septa masuk, bundanya dika pun ikut terbangun.

"Tadi Dika ngeluh pusing tante, jadi saya anter pulang sama temen saya". Jelasku.

"Makasih ya gena sama masnya udah repot repot nganterin dika". Aku dan septa mengangguk.

"Tante bangunin jefa ya, biar kalian berdua dianter pulang".

"Engga usah tante, kita pesen grab aja". Ucapku saat bunda dika ingin beranjak membangunkan Jefa.

"Udah malem loh ini gen, gapapa nanti biar jefa yang anter".

"Makasih tante, kita juga ini mau pamit kok". Aku berdiri di ikuti septa dan menyalami bunda dan ayah dika.

"Cepet sembuh". Ucapku sambil menepuk pundaknya.
______________________________________

"Ini gak ke kos lo dulu aja gen". Tanya septa.

"Gak usah, harus muter kalau nganterin gue dulu".

Jarak rumah septa sama dika terbilang cukup dekat, hanya memerlukan 10 menit an.

"Gak gue anterin aja nih, pake motor?". Tanya septa setelah sampai didepan rumahnya.

"Udah gak usah, lo molor aje sono". Usirku.

"Anterin temen saya sampe depan kos an dengan utuh lo pak". Ucap septa pada kang grabnya.

"Siapp mas, kalau perlu saya anterin depan pintu kos an".

Mobil mulai berjalan ketika septa mengacungkan jempolnya.

"Habis dari mana mbak kok malem banget pulangnya". Tanya pak grabnya.

"Oh saya habis ada acara kampus pak, terus nganter balik temen saya sakit".

"Poltek mbak?".

"UBB pak".

"Saya kira poltek, model modelnya masnya tadi sama mbaknya pantes jadi anak teknik sipil".

"Muka saya mirip adukan semen ya pak?". Beliau tertawa dan geleng geleng kepala.

Hot Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang