Renung

23.4K 2.2K 17
                                    

RIO

Aku membuka pintu belakang, dan duduk ditepi kolam. Dingin hembusan angin malam tak membuatku beranjak. Sesak dari ucapan maudya barusan membuat aku tertawa sumbang.

Bisa bisanya aku jatuh cinta untuk pertama kalinya namun dengan orang yang belum pernah aku lihat dengan nyata.

Maudya, orang yang mungkin diutus tuhan untuk menjadi perantara pengingat kalau aku sudah terlalu jauh dengan tuhan. Setelah mendengar ucapan maudya waktu itu, aku lebih rutin melakukan kewajiban 5 waktu kadang jika tidak kebablasan tidur juga melaksanakan sholat tahajud.

Aku mencintai maudya, namun aku tidak pernah meminta atau menyebut namanya dalam setiap doaku. Aku hanya berdoa, agar diberikan yang pantas dan terbaik menurut tuhan untukku.

Kembali pada perasaan, 35 tahun hidup belum pernah aku sesesak ini. Selama masa sekolah mungkin aku pernah membatin seseorang "wah cantik" tapi sama sekali tak berminat untuk menjadikannya pacar. Aku terlalu sibuk untuk hal itu, ku pikir waktu itu kelak jika aku sudah dewasa ingin langsung menikah saja. Nyatanya tidak semudah dan seindah yang aku bayangkan. Sampai sekarang aku masih menjadi bujangan.

Sampai sampai orang tuaku berfikir aku tidak normal. Karena seumuranku saat SMA atau Kuliah sudah membawa anak gadis orang untuk jalan atau dibawa pulang dikenalkan orang rumah, dan aku sama sekali belum pernah. Menceritakan perempuan saja mungkin aku tidak pernah. Ditambah lagi dengan umurku sekarang dan aku belum menikah juga.

Kata tetangga sebelah rumah sekaligus temanku dari kecil

"Io io, gimana lo bisa dapet cewek sih. Yang ada mereka bosen lo ajak diskusiin pelajaran mulu".

Namanya dipa anastasya, dia selalu mengenalkan teman teman perempuannya kepadaku tapi semuanya menghilang. Kata dipa mendengar sambatan teman yang dikenalkan padaku, aku membosankan lah, aku terlalu kutu buku lah, tak menarik lah. Dan itu memang benar, aku membosankan.

Teman temanku banyak yang sudah menikah, mungkin 90% sudah. Apalagi perempuannya, 100% sudah. Termasuk tetanggaku -dipa-, dia sudah memiliki dua anak. Dan ketika aku pulang kerumah dia yang selalu cerewet menyuruhku segera menikah, tentunya juga selalu mengenal ngenalkan adik tingkatnya kuliah yang belum menikah kepadaku. Namun tak ada yang nyantol satupun.

"Hah...". Aku menghembuskan nafas kasar.

Lagi lagi aku tertawa sumbang, sudah bujang kelewat sekalinya jatuh cinta malah dengan manusia virtual ditolak pula. Sepertinya memang benar kata ibu, aku memang perlu dijodohkan.

Setiap kali aku ingin dikenalkan dengan anak sahabat orang tuaku, selalu ku tolak dengan alasan "aku masih bisa cari sendiri". Nyatanya? Tidak, aku gagal mencari.

Aku mengamati wallpaper ponselku, foto maudya dari belakang. Katakan aku alay, dan itu memang.

Lagi lagi aku tidak habis pikir, manusia macam apa aku ini? Belum pernah melihat wajahnya dengan jelas belum pernah melihat orang aslinya tapi bisa menaruh harap dan hati sedalam ini.

"Ganti saja dengan yang sudah pasti tuhan". Ucapku sambil mendongak memperhatikan bintang bintang yang bertebaran.

Aku mengusap kasar wajah dan bangkit untuk masuk kerumah, udara makin dingin membuat badanku menggigil.
____________________________________

Hallo guys, kalau ada saran atau kritik bilang aja ya. Author amatir ini wkwk. Terima kasih ya yang sudah nungguin update cerita ini❤️

Hot Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang