AUTHOR.
20.00
Dua orang laki laki sedang berhadapan dengan seorang dokter disebuah ruangan.
"Sudah 3 tahun dok, apa tidak ada kemungkinan saya bisa sembuh?". Tanya salah satu laki laki itu.
"Sebelumnya seperti biasa, saya minta maaf jika ini menyinggung atau menyakiti perasaan kamu. Kalau dilihat dari gejala gejala yang sering kamu alami akhir akhir ini, kecil kemungkinan untuk bisa sembuh. Penyakit yang kamu idap makin menggerogot, dari awal kamu konsultasi ke saya beberapa tahun silam sampai sekarang saya selalu menyampaikan Tidak Ada Yang Mustahil. Terus berdoa itu perlu. Jangan pesimis, kamu pasti sembuh walaupun menurut medis itu kecil kemungkinan". Ucap sang dokter.
Laki laki yang lebih muda mengusap pundak laki laki disebelahnya untuk menenangkan.
"Kemungkinan kemungkinan apa yang terjadi kalau saya dioperasi dok".
"Resikonya sangat tinggi, dan lagi...". Dokter itu menghembuskan nafasnya.
"Resiko gagal dan menyebabkan kematian juga tinggi". Sambung dokter tersebut.
Laki laki itu menghela nafas panjang.
"Gak ada yang gak mungkin, lo pasti bisa sembuh"
Lagi lagi pria disampingnya menenangkan.
"Iya dok, terima kasih kami pamit dulu".
Dua laki laki itu keluar dari ruang dokter dan menuju pulang.
Dalam perjalanan mereka berdua sibuk dengan pikiran masing masing tanpa ada percakapan. Sampai salah satu dari mereka buka suara.
"Berenti dulu, gue mau nenangin pikiran".
Mereka duduk ditrotoar pinggir jalan, mereka memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang.
"Gini amat hidup gue ya dek".
Laki laki yang lebih muda menoleh lalu merangkul pundak orang disebelahnya.
"Lo pasti sembuh, jangan pesimis gini dong. Dokter cuma memperkirakan, tapi kalau tuhan berkehendak lo sembuh ya pasti sembuh".
"Dek, kalau gue diambil tuhan lo jaga orang rumah ya. Jangan bandel".
Laki laki yang lebih muda mencebikkan bibir.
"Lo ngomong apaan sih, lo pasti sembuh". Jawab laki laki yang lebih muda itu.
"Akhir akhir ini kepala gue sering banget sakit, kayaknya emang makin parah".
"Lo jangan banyak pikiran kak". Laki laki yang dipanggil kakak itupun menoleh dan tersenyum kecut.
"Gimana gue gak pikiran, kalau nyawa gue aja kayak tinggal hitungan".
"Kalau gue meninggal, sampaiin cinta gue ke dia ya dek". Lagi lagi senyum kecut itu menghiasi wajahnya.
"Pulang aja ya".
________________________________
"Apa kata dokter?".
Sesampainya dirumah kedua laki laki itu sudah ditodong pertanyaan dari kedua orang tuanya.
Laki laki yang lebih muda menggeleng, dan kakaknya hanya tersenyum lemah.
"Maafin aku ya yah bun".
Sang ibu menangis dan memeluk anak laki lakinya.
"Kamu pasti sembuh".
Sudah dari kelas 3 SMA laki laki itu mengidap Tumor Otak, namun beberapa tahun ini mulai membaik tapi akhir akhir ini gejala itu muncul lagi.
"Aku ke kamar dulu". Pamitnya.
___________________________________
Hallo guys, jangan lupa ninggalin jejak❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Relationship
Teen FictionAUTHOR SALAH KASIH JUDUL⚠️😭 Kalau kalian mengira ini berisi cerita hot++, KALIAN SALAHHHHH. INI LEBIH KE COMEDI hotnya dikit doang😭🙏 Virtual?? WAJIB MAMPIRRRR!!! ________________________________________ Andai saja waktu itu Gena tak meladeni Chat...