CANGGUNG

46.7K 4.1K 256
                                    

Gue masih diem dieman sama pak gio, beliau masih makan dalam diam sambil sesekali memerhatikan mahasiswa yang lalu lalang.

Gue lebih memilih membuka ponsel dan membuka aplikasi anonymous

GARANG

Sayang
Lagi dimana?
Capek banget nih
Syg

Baru selesai ngampus, kenapa?

Gue menutup kembali ponsel saat suara pak gio mengajak gue bicara.

"Disini rantau atau emang asli sini?". Tanyanya. Ngerti basa basi juga nih orang ternyata.

"Rantau pak. Saya asli banyuwangi, di sini cuma kuliah".

"Sama berarti, saya juga asli sana". Sahut pak gio dan disertai senyuman.

Gue terbengong, pasalnya baru kali ini gue liat pak gio senyum. Biasanya mah mukanya judes mulu.

Pak gio fokus pada ponselnya, gue juga ikut ikutan biar dikira ada kesibukan. Garang masih saja mengirimi gue pesan pesan gak jelasnya.

GARANG

Wah, kau masih kuliah bby
Semester berapa

Masuk semester 4

Haha semoga saja jika kita bertemu tidak seperti om om pedofil sedang membawa sugar babynya

"Ah iya gena, saya duluan ya. Ini uangnya". Ucap pak gio, gue mendongak.

"Bentar pak saya ambil kembaliannya".

"Gak usah, buat kamu aja". Ucapnya yang disertai senyuman.

REJEKI ANAK SOLEHAH

"Wah terima kasih pak". Beliau mengangguk dan beranjak pergi meninggalkan DPR.

Gue membereskan bekas makan pak gio dan kembali ke gerobak juan.

"Wah nyolong start lo, modus nemenin makan pak gio". Gue yang posisi lagi nyuci mangkok dengan reflek menyipratkan ke arah Sasa.

"Sembarangan, orangnya yang nyuruh gue nemenin".

"Nyenyenye".

Beres mencuci mangkok gue nyantai duduk duduk macem bos sambil memainkan ponsel

GARANG

Pindah whatsapp aja sayang disini suka ngebug

"Lahhh, bisa berabe kalau ampe liat muka gue. Ntar gue kalau aneh aneh diviralin". Gue bermonolog sendiri

Gue berfikir keras, gak mungkin juga gue kasih nomor whatsapp asli gue.

"Gue kan punya akun whatsapp yang lama gak kepake". Dulu semester 2 gue gencar gencarnya nyari cowo, karena gak mau nyampurin sama kehidupan pribadi gue buat lah whatsapp kedua yang isinya cuma cowok cowok kenalan gue.

GARANG

Gue kasih tapi lo jan aneh aneh ye

Hahaha engga, mana nomornya

+6281703881XXX

Gue mematikan layar ponsel setelah mengirim nomor ke Garang, gue lebih memilih duduk duduk sama reyhan dan sasa sambil nunggu si juan balik.

"Diem bae lo, masih ngambek". Sasa menusuk nusuk perut gue pakek jarinya.

"Padahal gue udah ngebayangin lo bedua mendadak ngebabu di kampus dan gue enak enakan molor di kos an. Dan semuanya lo gagalin". Sahutku.

"Dika latihan ngeband kan? Gue nebeng lo yak". Ucap reyhan sambil nyengir.

"Beliin Starbucks dulu". Gue nyengir ke arah reyhan.

"Gaya lo Starbucks, biasanya juga Es cekek". Semburan tawa gue sama sasa terdengar keras. Boro boro Starbucks, apapun minumannya kalau diatas 15 ribu itu artinya mahal.

Dringg... Dringg... Dringg...

Gue merogoh ponsel yang ada di saku baju, dan melihat panggilan dari nomor yang gak gue kenal.

"Lo pada tau nomor ini?". Sasa sama reyhan memperhatikan nomor tersebut lalu menggeleng tanda tidak tau.

Gue menjauh dari Sasa sama Reyhan dan memilih duduk lesehan dirumput bawah pohon mangga.

"Assalamualaikum? Siapa ya?". Todong gue.

"Waalaikumsalam, Garang". Gue menarik ponsel dan melihat kembali sambungan telepon ini.

"Suara kamu familiar banget". Sambungnya. Gue juga ngerasa suara si garang ini kek pernah gue denger sebelumnya, tapi gue gak inget siapa.

"Kenape pakek acara telepon segala sih".

Terdengar kekehan darinya disebrang sana.

"Galak ternyata". Ucapnya.

"Ah iya, nama ku Rio. Namamu?". Sambungnya lagi.

"Sebut saja mawar". Jawab gue ngasal, sok deket banget nih orang mana gue ladenin lagi.

"Hahaha, kau bukan pedagang bakso yang menggunakan borak kan?". Gelaknya.

"Gue ngaku pakek nama apa ya". Gue berpikir untuk menggunakan nama samaran, was was kalau dimanfaatin buat yang enggak enggak.

"Maudya". Sahutku.

"Sebagus apapun namamu, tetap akan ku panggil sayang hahaha". Gue merinding disko setelah mendengar kata kata si om om cabul ini.

"Kurang belaian banget ya, miris gue".

"Yaa, niatnya mau minta belaian ke kamu". Sahutnya.

"SETRES!" Gue mematikan sambungan telepon, lama lama gue jadi ikutan setres.

**************************************

AUTHOR

Disisi lain nampak seorang laki laki dewasa yang duduk dikursi kerjanya sambil senyum senyum didepan ponselnya.

"Maudya". Dia mengucapkan sebuah nama sambil memperhatikan Foto Profil nomor whatsapp seseorang yang menampilkan wanita membelakangi kamera.

"Ya, aku memang MAU DIA hahaha"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya, aku memang MAU DIA hahaha". Kekehnya sambil memperhatikan foto tersebut.

************************************

JANGAN LUPA NINGGALIN JEJAK.
MAKSAAAA!!!

Hot Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang