Terima Kasih

26.3K 2.5K 64
                                    

Gue memutar lagu dari ponsel sambil menikmati angin malam.
Lagu dari Anderta-Jujur Saja menemani gue melamun memikirkan mau nyari Sugar Daddy yang gak minta jatah tapi tranferan ngalir.

"Gena". Gue tersadar dari lamunan ngawur dan menoleh kebelakang.

"Eh pak".

"Boleh duduk sini kan?". Gue mengangguk mengiyakan pak gio.

"Gena?".

"Iya pak?".

"Terima kasih ya".

Gue mengerutkan kening, bingung dengan yang dimaksud pak gio.

"Untuk apa ya pak?". Tanyaku.

"Saran kamu kemarin ternyata manjur".

Lagi lagi gue mengerutkan kening.

"Saran?".

"Itu loh, soal gofood". Terangnya sambil melebarkan senyuman.

"Ohhhhh ituuu... Wah jadi gimana pak? Udah baikan nih?".

"Alhamdulillah".

"Sebar undangan nih bentar lagi". Candaku sok ngakrab. Asal lo pada tau, sebenarnya gue canggung banget sama nih orang.

"Doain ya". Lagi lagi senyuman itu menghiasi wajah bangsat pak gio.

Ini kalau anak anak liat pak gio senyum bisa pingsan gue jamin.

"Potek se fakultas ini mah kalau anak anak tau pak". Gue terkekeh namun beliau malah mengerutkan kening.

"Kenapa?". Tanyanya.

"Wah si bapak gatau? Kaum hawa se fakultas mah naksir bapak semua, sampe sampe bikin grup isinya fans bapak semua".

Jangan tanya gue tau dari mana, yang pasti dari si micin.

"Kamu juga?". Tanyanya.

"Ha?".

"Kamu juga naksir saya? ikutan join juga?".

"Hahaha ya enggak lah pak, kurang kerjaan banget saya". Tawa gue mereda saat melihat perubahan raut wajah pak gio.

"Sombong banget gak ngakuin saya ganteng". Gue ternganga mencerna ucapan pak gio.

"Waduh, kok ke arah situ pak. Bapak mah udah ganteng B A I K, R A M A H pula". Gue menekan setiap kata sambil senyum tertekan.

"Berlebihan".

GUE CABIK JUGA MUKE LO.

"Jadi kapan nih pak sebar undangan". Tanyaku memecah kecanggungan.

"Doain aja, lagi proses".

"Aihhh kelamaan pak, sat set wettt gas nikahin aja".

Pak gio terkekeh.

"Maunya gitu, tapi orangnya masih kuliah. Seumuran kamu maybe".

"Waduhhh muda bat". Gue geleng geleng kepala heran, perawan mana yang kepincut sama nih orang. Semoga engga tekanan batin deh.

"Kamu nyindir saya ketuaan?".

Plissss, baperan amat.

"Wah engga dong pak, pak gio mah masih mudaaaa". Timpalku.

"Tidur gih". Ucap pak gio dan berdiri sambil menepuk nepuk bahu gue.

Sepeninggalan pak gio akhirnya gue masuk dan merebahkan diri di lantai beralaskan tikar dan cuma berbantal tas.

Gue liat si Tiara udah ngorok ngorok disamping sasa. Temen temen lainnya juga udah pada tidur. Gue pun menyusul tidur disamping Tiara.
_____________________________________

RIO

"Hahaha ya enggak lah pak, kurang kerjaan banget saya". Gena tertawa sangat puas setelah mengatakan bahwa dia bukan termasuk fansku.

"Kenapa suara tawanya familiar sekali?".

"Sombong banget gak ngakuin saya ganteng". Dia mendadak gelagapan.

"Waduh, kok ke arah situ pak. Bapak mah udah ganteng B A I K, R A M A H pula". Balasnya menekankan kata yang seperti sindiran bagiku.

"Berlebihan". Balasku sambil melengos.

"Jadi kapan nih pak sebar undangan". Tanyanya lagi setelah keterdiaman menguar beberapa saat.

"Doain aja, lagi proses". Jawabku seadanya, nyatanya memang begitu.

"Aihhh kelamaan pak, sat set wettt gas nikahin aja".

Aku terkekeh pelan. Gena benar, ini memang memakan waktu.

"Maunya gitu, tapi orangnya masih kuliah. Seumuran kamu maybe". Balasku, mengingat ucapan Maudya ditelfon saat itu

"Waduhhh muda bat". Timpal Gena.

Jiwa baperku tersentil, apa maksudnya? Aku terlalu tua untuk seumurannya begitu?

"Kamu nyindir saya ketuaan?".

"Wah engga dong pak, pak gio mah masih mudaaaa". Jawabnya seperti terpaksa.

Aku masih muda bukan?, 35 tahun loh.

"Tidur gih". Ucapku mengakhiri obrolanku dengan gena. Aku menepuk bahunya dan berlalu meninggalkannya sendiri didepan ruang panatia.
__________________________________

Hallo guys, tingkyu yang udah nungguin.
Jangan lupa ninggalin jejak❤️

Hot Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang