12 | Tak Ingin Sakit

302 36 2
                                    

"Ganteng banget, gila! Siapa, sih, namanya?" pekikan centil Tena sampai ke telinga Yera yang sedang memarkirkan motornya di bagian kosong. Jejeran kendaraan roda dua itu memanjang di sisi kiri gerbang. Sementara Tena dan Fial yang baru datang tengah bercengkrama sambil melangkah pelan menuju lantai tiga.

Yera membuka helm sporty yang membalut kepala dan menaruhnya di atas spion dengan kasar. Tanpa melirik penampilan di kaca seperti biasa, ia langsung berjalan sambil menyisir surai gelapnya ke belakang. Mau penampilannya buruk atau mengenaskan, Yera tak peduli.

Fisiknya masih lemah, dan batinnya lemas. Ribuan paku kecil terasa menancapi kepala, membuatnya semakin pusing saja.

"Eh-eh, itu Yera. Yera!" Tena melambaikan tangan, tetapitak digubris. Cowok itu hanya melirik sekilas, kemudian kembali melangkah lebar. Ia butuh istirahat! Tidur satu-dua jam di belakang kelas adalah satu-satunya hal yang ada di pikirannya saat ini.

"Isssh, kalau dipanggil tuh menyahut, dong!" omel Tena berusaha mensejajarkan kaki ber-rok mininya sambil mencebikkan bibir kesal. Di sebelahnya, Fial menancapkan earphone ke telinga dan memutar lagu klasik. Berusaha menenangkan dentuman tak nyaman mengingat betapa kejamnya ia malam itu.

"Ada apa?" Yera meghentikan langkah dan menyorot Tena malas. Bahu yang sengaja dibiarkan terbuka sebab Tena tak merekatkan dua kancing teratas kemeja birunya tak mampu mengalihkan perhatian Yera. Pria tinggi itu memegang tali ransel yang tak tersampir ke pundak sambil mengetuk ujung sepatu gusar. Ia sungguh tak ada waktu meladeni celotehan tak penting Tena.

"Tenang dulu, kek! Aku ada berita tergempar hari ini. Mau tahu?" seru Tena memanas-manasi.

"Aku tidak peduli gosip tak pentingmu. Sudah!"

"Tapi ini soal Velia!"

Tena tersenyum puas melihat Yera menghentikan langkah kakinya. Cowok pemilik ranking pertama itu membalik badan sambil menatap Tena dengan kening berkerut.

"Kau tidak mengganggunya lagi, 'kan?" tebaknya menerka-nerka. Ia sungguh akan marah kalau sampai cewek nakal ini mengganggu Velia.

"Idih! Siapa juga yang peduli padanya. Aku cuma mau kasih tahu, kalau Velia itu ... suka sama seseorang." Tena menjentikkan kuku merahnya pongah.

"Hah? Apa kau bilang?" Yera kian mencondongkan tubuhnya. Mulai terusik dengan ocehan cewek seksi di depannya. Tena tidak sedang mengada-ada, 'kan?

"Sini, kubisikkan." Tena mendekatkan bibir merah mudanya ke daun telinga Yera. Kernyitan di kening cowok itu kian dalam. Sementara Fial menonton dengan dada berdegup kencang.

"Velia itu ... suka padamu."

"APA?!" Teriakan menggelegar itu membuat beberapa siswa yang tengah lalu lalang menoleh terkejut.

"Biasa saja, dong! Kupingku mau pecah rasanya!" Tena menggosok-gosok telinga bersihnya pelan lalu menyedekapkan tangan dengan anggun. Bibirnya kembali bergerak dan menatap Yera serius.

"Katanya, kalau kau meminta apa pun termasuk tubuhnya, dia akan memberikan. Coba, gih. Siapa tahu dia seru kalau urusan itu." Tena cekikikan sendiri mendengar perkataan yang ia beri sedikit bumbu.

"Kau bicara apa? Jangan main-main kalau membahas Velia! Kau yakin dia mengatakan itu?" tanya Yera mulai digelegaki amarah. Kilasan saat melihat Fial dikerumuni dan digerayangi banyak pria membuat dentaman hebat di kepalanya kembali melonjak.

Tidak. Velia tidak seperti itu!

Namun, saat Tena mengangguk yakin dan mengatakan dengan detail perkataan juga kelakuan Velia yang sangat cemas waktu ia sakit, berhasil membungkamnya.

[END] Dadah, Mama!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang