"Kau tidak pa-pa kutinggal? Bagaimana kalau ada yang membuat jahitan lukamu terbuka di bus nanti?" resah Yera penuh kecemasan. Karena ini akhir pekan, tidak banyak pelajaran penting yang harus Velia ikuti. Makanya Yera menyuruh gadis itu beristirahat saja di UKS. Toh, semua lukanya masih baru. Yera tak mau kalau sampai Oda cs mengganggu cewek yang berhasil membuatnya panik sejak pagi.
"Tidak akan. Aku pasti langsung pulang setelah mendapat buku yang kucari. Kau duluan saja," bujuk Velia berusaha menekan egonya yang mulai tak logis. Hatinya berteriak meminta Yera menemaninya bertemu teman Iwan yang entah akan semengerikan apa sifatnya? Namun, dia tak boleh mementingkan diri sendiri. Yera punya kesibukan lain. Cowok itu juga sudah banyak membantunya sejak Velia datang ke sekolah. Dia tak ingin berubah menjadi sosok manja yang selalu mengandalkan uluran tangan orang lain.
Gemingan panjang yang sukar hilang mau tak mau membawa elusan jari Yera 'tuk menyentuh pipi Velia. Cowok itu menekan gigi bawah tak yakin. "Baiklah. Jangan lupa telepon aku kalau kau sudah sampai di rumah. Kalau bus menuju rumahmu sudah lewat, langsung chat aku saja. Ingat?"
"Hu'um," deham Velia sembari memilin bibir bawahnya gugup. Sumpah! Yera sangat berbeda hari ini. Ada apa dengan cowok itu sebenarnya? Setiap Velia menyatukan konsentrasi dan menelisik maksud Yera dengan menyorot pupil gelapnya, hanya cemas tak berujung yang dia dapat. Perhatian Yera benar-benar tulus padanya. Mengirim beribu kehangatan yang menjalari seluruh nadi di tubuhnya.
"Sayang!" Pekikan manja menyapa gendang telinga dua insan yang kehilangan kata-kata dan saling menatap. Tubrukan retina itu terputus, begitu juga elusan menenangkan di pipi Velia yang dipenuhi rona bahagia.
Curlyan surai gelombang itu berayun mengikuti langkah kaki bak model dan berakhir menggelayuti lengan Yera erat. Senyum manis Fial menonjolkan aura yang mengental dari bibir merah muda berlipgloss mahalnya. Aroma blackcurrant bercampur vanilla itu menguar tiap Fial menggerakkan tubuh sedikit saja. Menegaskan eksistensi yang tak begitu Velia pedulikan.
"Tes harianmu sudah kau kumpulkan, Fi?" peringat Yera yang paham betul dengan kebiasaan pacarnya itu. Kebetulan jam terakhir tadi waktunya Bahasa Inggris Wajib yang selalu diselingi dengan kuis dadakan. Namun, karena guru berhalangan, mereka hanya diminta mengumpulkan selebaran hasil tes beberapa lembar. Tentu para siswi bengal yang tersisa lebih sibuk berkeliaran ke kelas lain dengan dalih bisa mengerjakan tugas itu di rumah. Toh, batas pengumpulannya masih seminggu lagi.
Pipi yang digembungkan lucu juga bibir mengerucut Fial tampilkan. Gadis modis itu mendebas. "Kenapa tanya itu, sih? Kepalaku sudah pusing memikirkan rangkuman dari buku tebal yang harus kukerjakan. Apa kau harus memperumit suasana hatiku juga?" kesal Fial sembari menyorot miring cewek berbibir pucat di sebelahnya. Dengusan jijik dia arahkan ketika Velia menangkap gelagatnya. Gara-gara babu ini, Fial harus menulis berlembar-lembar catatan materi selama sebulan penuh, sebagai ganti jika Fial ingin nilai akhirnya masuk standar dan lulus. Semua karena Velia!
"Justru karena itu aku bertanya. Kalau kau menyelesaikannya lebih cepat, rangkumanmu tidak akan terganggu. Kita bisa punya waktu jalan lebih banyak 'kan, kalau tugas-tugasmu selesai semua?" rayu Yera berusaha membujuk. Sejujurnya, itu hanya dalih. Dia harus berkutat dengan les untuk tes masuk univ kedokteran seperti pesan Ayah. Tentu hal itu bukan sesuatu yang mudah, mengingat Yera sama sekali tidak punya dasar di jurusan yang banyak diminati itu.
"Terserahlah!" Entakan kaki geram menjadi jawaban. Fial mendekatkan tubuhnya lebih merapat ke lengan terbuka Yera. Velia langsung menatap tidak suka. Apalagi, dia bisa menangkap kerut tidak nyaman di dahi cowok itu.
"Kau sudah mau pulang, 'kan, Yer? Sekalian temani aku ke mall saja. Parfumku sudah habis. Ada skincare favoritku juga yang baru keluar hari ini. Pasti akan menyenangkan!" Fial memekik merdu. Tidak terlalu peduli akan tolakan Yera yang menarik tangannya menjauh. Cowok ini, ya! Apa Fial kurang menarik sampai dia menolak? Padahal mereka sudah berhubungan cukup lama. Ah, sepertinya Fial harus memberi pelajaran tambahan padanya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Dadah, Mama!
Teen FictionBullying, kekerasan dari Mama sendiri merusak jiwa Velia perlahan sampai dia stres hingga depresi. Satu-satunya sahabat menatap dia rendah setelah tahu Velia menyukainya, membiarkan ia tenggelam sendiri dan memilih bersandar ke sosok baru. Penghinaa...