Dor
Maapkan aku yang up sekarang, soalnya ini tangan gatel sih pengen up sksksk
Janlup vote sebelum baca...Aska menatap fokus pada layar USG yang menampilkan gambaran bayi, sang dokter tersenyum melihat pasangan dihadapannya ini. Setelah selesai, Yura duduk bersama Aska dihadapan dokter.
"Jadi jenis kelaminnya apa dok?"tanya Aska, Yura yang mendengarnya mencubit pelan perut suaminya itu. Tidak sabaran emang.
Dokter itu tertawa kecil melihat kelakuan calon papa muda dihadapannya ini. "Seperti tadi yang sudah dilihat, jenis kelaminnya perempuan ya Bu, pak"ucap dokter memberi tahu
Mata Aska membulat sempurna, anaknya perempuan? Ia menoleh ke samping dan tersenyum jahil pada istrinya itu. Yura tak paham dengan senyuman suaminya itu, entah kode apa. Pandangan Yura beralih pada sang dokter.
"Emm, apa ada yang harus saya lakukan dok?"tanya Yura, karna ia tak paham dengan tentang kehamilan seperti ini. Maklum, ini adalah kehamilan pertamanya.
"Ibu hanya cukup beristirahat, dan jangan lupa seminggu sekali untuk berolahraga semacam mengikuti latihan yoga"jawab sang dokter
Yura menganggukkan kepalanya tanda paham, ia berterima kasih dan segera pamit. Tangannya memegang hasil check up barusan. Ia menatap foto ditangannya.
"Do'a saya terkabul ya Ra"ucap Aska
Yura menoleh. "Do'a apa?"tanya Yura
"Y-ya do'a supaya anak saya perempuan"jawab Aska
Yura terkekeh mendengarnya. "Kenapa mas pengen banget anak perempuan?"tanya Yura
"Biar gak ada yang ngalahin kegantengan saya"jawab Aska
Yura memutar bola matanya malas, terlalu pede memang suaminya itu. Tapi, tak salah juga jika suaminya itu tampan.
Ah ngomong-ngomong soal pengucapan Aska, ia terlalu susah untuk membiasakan ucapan non formal. Ia sudah biasa dengan mengatakan dirinya saya, jika ia berkata 'aku' ia pikir seperti tidak cocok? Mungkin.
Yura yang mendengarnya hanya bisa mengangguk, sejujurnya ia juga merasa aneh jika suaminya itu berbicara non formal. Ah biar saja seperti ini, nanti juga jika sudah waktunya Aska pasti akan terbiasa.
•••
Tiga hari berlalu setelah Yura mengecek kandungannya, kini ia telah bersiap untuk ikut Aska ke kantor. Bukan, bukan kemauan Yura. Namun kali ini kemauan suaminya agar Yura ikut ke kantor.
Yura? Ya dia senang-senang saja. Ia juga bosan dirumah, hanya melakukan nonton tv, makan, tiduran. Bekerja? Tidak, Aska melarangnya. Ia tak mau jika kejadian kemarin terulang lagi. Ia, sehari setelah mengecek kandungan Yura hampir terjatuh saat sedang membersihkan kamar mandinya.
Jika tidak ada Aska, mungkin takdir sudah berkata lain? Untung saja Aska menahan Yura, jantung Yura berdebar dengan kencang. Aska menegurnya dan sedikit marah, maka dari itu mulai dari kemarin ia melarang Yura untuk bekerja.
Diperjalanan, Yura menyuapi Aska begitu juga dengan dirinya. Mereka tak sempat sarapan dirumah, jadinya Yura membekal makanan untuk dimakan dimobil.
"Mas"panggil Yura
"Apa?"sahut Aska
"Dede bayinya nendang"ujar Yura memberi tahu
Aska sontak menoleh, mau berhenti tetapi tanggung sebentar lagi akan sampai.
Hingga tak lama kemudian, Aska dan Yura telah sampai dikantor. Para karyawan yang melihat atasannya itu menunduk dan menyapa. Dilantai atas, Yura terkejut dan mengerutkan keningnya melihat para karyawan yang sibuk memberi tempat duduk untuk Yura.
Yura hanya bisa mengikuti kegiatan karyawannya yang sibuk dengan dirinya, sedangkan Aska menahan tawanya dan mengangguk pada karyawannya seperti memberi kode.
"Ehh ini apa-apaan?"tanya Yura, jujur ia sangat terkejut ketika dirinya diperlakukan seperti ratu.
"Pak Aska nyuruh kita untuk jaga Bu bos"jawab salah satu karyawan itu
"L-loh?"
Kepala Yura pening melihat tingkah karyawan suaminya itu. Yang satu menawarkan makanan, yang satu menawarkan minuman, bahkan ada yang menawarkan Yura untuk dipijat.
"Huaaa bundaa Yura gerahhh"
"STOP!"
Sontak para karyawan berhenti, ia menatap istri atasannya itu. Mata mereka mengedip beberapa kali.
"Suami saya kemana?"tanya Yura
"A-anu Bu bos, pak Aska sekarang ada meeting penting sama client penting dari luar"
Yura mengangguk. "Yang nyuruh kalian gini siapa?"tanya Yura
"Pak Aska"
Yura mendesah pelan, posesif memang.
"Umm, maaf kalo mas Aska ngerepotin kalian. Sekarang kalian boleh pergi ke meja masing-masing"suruh Yura, namun dijawab gelengan oleh mereka.
"Loh kenapa?"tanya Yura
"Kita disuruh pak Aska buat nemenin Bu Yura disini selama dia meeting"
Yura berdecak sebal dengan suaminya itu. Terdiam beberapa detik, hingga ide Yura muncul di kepalanya.
"Kalian bosen enggak?"tanya Yura
"Isshh jawab!"ucap Yura
Para karyawan saling menatap dan memberikan kode. Lalu mereka mengangguk sebagai jawaban. Yura yang melihatnya tersenyum jahil.
"Ayo ikut Yura"ajak Yura bangkit dari duduknya
"Emm, kemana Bu?"tanya salah satu karyawan
"Ck, udah ayo ikut saya aja buat nyiapin barang-barang"
Mata mereka melotot, perasaan mereka sudah tak enak.
"Ini kemauan bayi saya loh"sogok Yura
"B-baik Bu"
•••
Aku up lagiii!!!
Btw, kalo ada salah pas dibagian cek kandungan kasih tau ya. Soalnya enggak ngerti soal gituan, yang udah nikah+pernah hamil sabi kali ngasih tau😭
Yakali author harus nikah+hamil dulu baru bisa tau.
Btw itu juga bantuan dari google asksksksk
Koreksi kalo ada yang salah/typo yaaa
Ayo vote komennya bisa yu lebih dari 50😼
Kalo aku percepat kehamilan Yura gapapa kali ya?
Setuju engga?Yang ada saran nama anak perempuan, sabi kali kasih tau dikomen😽
Janlup vote komennya heuheuu
Bayyy
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Dilapidated [END]
Humor[BELUM DIREVISI] [SEKUEL MHID SUDAH ADA, SILAHKAN DICEK] "Kamu sudah pesan makanan?"tanya Aska. "Udah." "Kamu ko gitu sama saya?"tanya Aska. Yura menatap aneh bosnya ini. "Gitu gimana pak? Saya ga ngerti."ucap Yura. "Harusnya kamu nungguin saya tadi...