MHID 62

18.1K 1.3K 31
                                    

Kini rumah Aska dipenuhi oleh keluarganya sendiri, mereka baru saja selesai makan malam dan sekarang berkumpul diruang tengah. Yura, Raya, Ayu, dan Feya sedang berada didapur untuk membuat cemilan. Sedangkan Aska, Aslan, Albar, dan Arka sedang berbincang-bincang tentang pekerjaan kantor. Jangan tanya si kecil dimana, tentu saja ia sedang bermain dengan kedua uncle nya itu, tak lupa juga dengan anak dari Feya dan Arka, Atha.

Jio yang menemani Atha, dan Reyan yang menemani Sena. Tentu saja mereka membuat kelompok sendiri, tidak mau bergabung dengan bapak-bapak yang sibuk berbincang soal perusahaan.

Soal Reyan dan Jio, mereka sudah menetap di tanah kelahirannya. Grup Reyan telah bubar 2 tahun yang lalu, dan grup Jio pun menyusul 1 tahun yang lalu. Setelah bubar, Reyan dan Jio pulang untuk menetap di Indonesia, yang saat ini mereka fokuskan adalah kuliahnya. Reyan dan Jio bahagia bisa merasakan saat-saat itu, tentu saja kenangan yang Reyan dan Jio bawa ke Indonesia itu banyak.

"Uncle"

Reyan dan Jio sontak menoleh serempak, begitu juga dengan Atha yang ikut menoleh.

"Uncle mana?"tanya Reyan

Sena menyengir, ia menunjuk ke arah Reyan. "Kenapa?"tanya Reyan

"Ndak, manggil doang"

Reyan mendelik sinis pada Sena, untung anak kakanya. "Uncle leyan ma uncle jio ndak akan ikutan main toh?"tanya Sena yang sedang bermain boneka.

"Enggak, masa uncle main boneka? Kan uncle laki-laki"jawab Reyan

Sena mengerucutkan bibirnya, ia beralih pada Jio yang sedang fokus membenarkan mobil mainan milik Atha. Ia menepuk pelan bahu Atha.

"Apa?"sahut Atha

"Mayin itu asyik?"tanya Sena menunjukkan mobil-mobilan

"Asyik dong, ndak kaya Sena mainannya boneka semua"ejek Atha

Sena mencebikan bibirnya, ia menjauhi Atha dan kedua unclenya itu. Lebih baik ia main sendiri, huh.

"Mawal Ndak boyeh kayak tata ya? Dia galak, Cena ndak suka"ucapnya dengan boneka yang dihadapannya itu.

"Ngomong sama siapa kamu?"

Sena tersentak, ia mendongakkan kepalanya melihat Aska yang berdiri disampingnya. Hingga tak berapa lama jeritan tangis Sena terdengar diruangan, Aska mengerutkan keningnya ketika mendapati anaknya itu yang tiba-tiba menangis. Ia berjongkok dan membawa Sena kegendongannya.

"Kenapa nangis?"tanya Aska, tangannya menepuk pelan pantat anaknya itu.

"Huweeeeee, tata na jaat papaa hiks"

Atha yang sedang memainkan mobilnya tersentak kaget. "Ko Atha?!"tanya tak terima

"Tata galak, Cena ndak suka. Masa mayinan Cena dibandingin ma mobilnya tata hiks"

Aska menghembuskan nafasnya lelah, anaknya ini memang cengeng. "Atha ndak bilang gitu ya! Atha ndak banding-bandingin huh, fitnah lebih kejam dali pembunuhan tau!"sarkasnya

"Dan nama Atha itu Athalla, bukan tata!"teriak Atha

Yura yang mendengar suara ribut dari ruang tengah pun menghampirinya. "Kenapa sih kok pada berisik?"tanya Yura pusing

Dibelakang Yura, Feya juga ikut menyusul karna mendengar suara anaknya itu yang berteriak.

"Atha kok teriak-teriak?"tanya Feya pada putranya

Atha mencebikan bibirnya. "Senanya mama bilang Atha bandingin mainannya"jawabnya

Mata Atha mulai berkaca-kaca, bibirnya melengkung ke bawah siap menangis.

My Husband Is Dilapidated [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang