MHID 1

51.6K 4.1K 68
                                    

Yura kembali ke ruangannya bosnya itu setelah selesai membuat kopi.

"Makasih"ucapnya singkat

"Hm"dehem yura

Yura membalikkan badannya, namun langkahnya terhenti saat mendengar suara menjengkelkan itu.

"Ini gak ada racunnya kan?"tanya aska memastikan

"Ada"jawab Yura

Aska membulatkan matanya, "Kamu mau mencoba bunuh saya?"tanya aska

"Racun lem bibir, supaya bibir bapak ga bawel terus"ucap yura tanpa mendengarkan ucapan aska

Aska menyentuh bibirnya sendiri, "Emang saya bawel ya?"tanya aska

Yura yang melihatnya menahan tawanya, "Iya"jawab yura

"Gapapa, saya bawel itu ke kamu doang. Yang ke lain mah cuek"ucap aska

"Pak?"panggil yura

"Hm"

"Emang ada yang nanya?"tanya yura

"Astagfirullah yura, kamu ini berdosa banget sama saya"ucap aska

"Apa sih pak, gausah alay deh"balas yura

"Kamu ngajak bicara terus, saya kapan mau minum kopinya ini?"tanya aska

"Dih, ko situ nyalahin saya?"sewot yura

"Kamu ini, udah sana pergi hus hus"usir aska dan menggibaskan tangannya menyuruh yura untuk keluar

"Untung bos"gumam yura

~

Jam sudah menunjukkan pukul 12, dimana waktu istirahat kantor tiba. Yura merenggangkan kedua tangannya. Pekerjaannya lumayan membuat dirinya lelah.

Yura membereskan mejanya dan bersiap untuk kekantin. Yura menoleh ke ruangan aska, dimana aska yang masih sibuk dengan kerjaannya. Karna tak mau kepo, yura buru-buru pergi ke kantin menyusul yang lainnya.

"Siang bu"sapa karyawan lainnya dan dijawab senyuman oleh yura

Jujur saja, yura merasa seperti sudah tua jika dipanggil ibu oleh karyawan lainnya. Namun mau bagaimana lagi? Itu adalah utusan dari aska. Haiss, ada-ada saja.

Yura memesan nasi goreng sederhana dan lemon tea. Setelah memesan, ia mencari tempat duduk.

Yura memainkan ponselnya saat sudah menemukan tempat duduk yang kosong.

"Ehem, saya boleh duduk disini?"

Yura mendongakkan kepalanya, matanya membulat ketika bosnya berada dihadapannya.

"Jangan melotot yura! Saya ngeri liatnya"ucap aska

"Bapak ngapain disini?"tanya yura

"Ya makan, kamu kira saya mau ke sawah"jawab aska

Sabar. batin yura

"Kamu sudah pesan makanan?"tanya aska

"Udah"

"Kamu ko gitu sama saya"ucap aska

Yura menatap aneh bosnya ini, "Gitu gimana pak? Saya ga ngerti"ucap yura

"Harusnya kamu nungguin saya tadi, biar pesen makanannya bareng"balas aska

"Lah, tadi saya liat bapak masih sibuk sama kerjaan"

Aska menyipitkan matanya, "Kamu liat saya?"tanyanya

"Iya"jawab yura jujur

"Ck, bagus. Sering-sering ya kamu liatin suami kamu"ucap aska

Yura membulatkan matanya, "Bapak sekata-kata kalo ngomong ya"kesal yura

"Kenapa emangnya? Kamu ga mau punya suami kaya saya? Saya ini ganteng loh, kaya? Udah, kamu mau apa? Saya beliin. Bahkan kalo perlu saya beli sekaligus sama toko-tokonya"ucap aska

"Bapak berharap banget ya mau jadi suami saya?"tanya yura

"Enggak tuh"jawab aska

"Lah terus?"tanya yura

"Cuma gabut aja"jawab aska cuek

Yura? Ia hanya memasang senyum palsunya.

"Kamu kenapa? Ngarep ya jadi istri saya?"tanya aska

Serah pak serah. batin yura

"Enggak"jawab yura

"Jangan bohong kamu, kalo bohong nanti dosa kamu tambah banyak"ucap aska

Yura memutar bola matanya jengah, "Udah ya pak, jangan ngajakin saya ngomong terus. Saya mau makan"ucap yura

"Bukan saya yang ngomong, tapi mulut saya yura"ucap aska

"Terserah bapak aja lah"ucap Yura pasrah

~

My Husband Is Dilapidated [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang