MHID 65

17K 1.2K 38
                                    

Tandain kalo ada typo okay

Yura berkacak pinggang saat melihat putrinya itu kini sudah bayah kuyup. Menatap tajam pada anaknya yang kini melemparkan senyumannya tak berdosa.

"Siapa yang nyuruh Sena ujan-ujanan?!"tanya Yura

"Papa!"

Aska yang meminum kopi pun tersedak, menatap bingung anaknya itu. Kenapa menjadi dirinya yang dituduh? Padahal sedari tadi ia hanya membaca koran, bahkan ia tak tau jika anaknya itu bermain ujan-ujanan.

"Kenapa papa?!"tanyanya tak terima

Sena menyengir. "Ndak ada, Cena nak ujan-ujanan baleng temen kok"ucapnya jujur, kepalanya mendongakkan untuk melihat sang ibu.

"Kalo sakit gimana?!"tanya Yura

Sena mengusap wajahnya yang sedari tadi terkena air. "Tapi celu Buna ujan-ujanan baleng Jihan"

Yura mengernyitkan dahinya. "Jihan siapa?"tanya Yura

"Temena balu Cena, tetangga cebelah"

"Gaya masih kecil udah punya temen"ejek Aska, ia kembali menyeruput kopi hangat itu.

"Iya dong, kan celakang Cena jadi puna temen balu buat diajak mayen boneka toh papa"

"Cepet masuk, abis itu mandi"suruh Yura

Ia mengambil handuk terlebih dahulu, setelah itu membawa anaknya ke kamar mandi yang sudah menggigil kedinginan.

Dikamar mandi, Sena tak berhentinya membasahi sang ibu agar ikut mandi bersamanya. Bahkan Sena memainkan airnya, dan busa sabun yang mengenai wajah Yura.

Yura hanya bisa bersabar menghadapi anaknya yang nakal sejak dini. Sesekali anaknya tertawa ketika melihat dirinya yang dipenuhi sabun karna ulahnya.

"Buna udah mandi Sena"tegur Yura

"Ndak papa Buna, mandi lagi aja"balasnya

"Gak mau dingin"

"Ah Buna payah, na masa kalah ma Cena"

Yura mencibir ucapan anaknya itu, entah keturunan siapa anaknya ini. Ah lupa, keturunan suaminya yang tak bisa diam.

•••

Kini keluarga kecil itu berkumpul di ruangan tengah, sesekali Aska melihat anaknya yang sedang belajar. Iya, mereka mengajar Sena mulai dari sekarang, karna beberapa bulan lagi Sena akan memasuki sekolah taman kanak-kanak. Umurnya akan menginjak 5 tahun dalam beberapa bulan, maka dari itu Yura mengajar anaknya menulis dan membaca dari sekarang.

Dan saat ini, Yura sedang memberikan tugas pada anaknya itu untuk menggambar yang rapih, lalu menebak apa nama gambar tersebut.

Sena menggambarnnya cukup rapih, hanya saja warnanya tidak sesuai. Tidak buruk, batin Yura.

Yura menuju ke dapur untuk membuat makanan ringan, begitu dengan susu untuk anaknya itu. Sedangkan Aska sedang mengawas anaknya itu, bisa saja anaknya itu memakai kecurangan.

Sena tersenyum bangga dengan hasilnya, hanya satu gambar yang belum ia tebak. Entah apa namanya, Sena tak tahu.

"Papa!"panggil Sena

"Hm"

"Ini apa namana toh?"tanya Sena bingung

"Itu namanya rambu-rambu lalu lintas"jawab Aska

My Husband Is Dilapidated [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang