Hei ada yang kangen cerita ini gak?!😾
Maaf aku masih kangen sama cerita ini, masih belum terbiasa si haha. Jadi aku bikin extra part, gapapa kan ye?
But, sebelum baca don't forget to vote and comment dude !
Seminggu berlalu sudah sejak kepergian Azriel membuat Sena banyak diam, bahkan ketika ditanya ia hanya bisa mengangguk atau menggeleng. Benar-benar bucin sejak dini.
Aska, Yura, bahkan keluarganya sudah melakukan beberapa upaya agar Sena bisa kembali seperti biasa. Namun nihil, anak kecil itu seperti kehilangan raganya sendiri.
Saat ini ia berada ditaman belakang, tepatnya dirumah pohon. Beberapa hari lalu Aska membuat rumah pohon itu untuk Sena, dan ya sudah hampir dua hari Sena selalu berdiam disini.
"Senaa!"
Sena merangkak dan melihat ke bawah yang dibatasi oleh kayu panjang, ia melihat Aska yang memanggilnya dari bawah.
"Ya papi?"tanya Sena, Yap Sena telah merubah nama panggilannya itu sejak dimana ia ulang tahun kemarin. Ia membiasakan panggilan itu.
"Turun, mami kamu mau lahiran."ujar Aska memberitahu.
Mata Sena yang tadi sendu kini menjadi berbinar, ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Sena. Menanti kehadiran adik kecilnya itu. Tanpa lama ia turun dari rumah pohon itu.
Aska membawa Sena ke gendongannya untuk menghampiri Yura yang sudah berada dimobil. Tadi saat Aska akan ke kamar, ia terkejut ketika melihat Yura yang terduduk dikamar mandi. Ini adalah kedua kalinya Yura mengalami ketuban pecah dikamar mandi. Tanpa lama Aska mempersiapkan semua persalinan dan membawa Yura ke rumah sakit.
Didalam mobil, Sena menatap Yura berkaca-kaca. Terlihat jika Yura sedang menahan sakit, namun tak sesakit dulu. Dibelakang, tentunya Yura ditemani oleh bibi. Ini adalah kedua kalinya bibi menemani Yura melahirkan. Ia kembali memberi instruksi seperti dulu.
Bahkan keringat mengalir didahi Yura. Jam menunjukkan pukul satu siang, jika Sena waktu malam maka adiknya waktu siang.
"Mami tahan ya? Mami halus kuat, bial dede bayi na bisa kelual."ucap Sena, sedari tadi ia terus menyemangati Yura.
Yura tersenyum tipis, ia sudah tak tahan. Bahkan semua tubuhnya terasa lemas. Sesampainya dirumah sakit, buru-buru Yura memasukki ruangan salin. Aska sudah mengabari keluarganya barusan, ia terduduk dikursi penunggu.
Pintu ruangan terbuka, dokter menyuruh Aska untuk masuk. Oke, ini adalah kedua kalinya ia menemani istrinya lahiran. Berdo'a saja semoga habis ini ia tak mendapati cakaran dari istrinya.
"Sena tungguin dulu disini ya sama bibi? Papi mau nemenin mami dulu."ucap Aska, dan diangguki oleh Sena. Setelah melihat kepergian sang ayah, Sena mendongakkan kepalanya.
"Lahilan itu sakit?"tanya Sena pada bibi.
Bibi melihat kebawah, ia tersenyum pada majikan kecilnya itu. Duduk dan membawa Sena ke dalam pangkuannya. "Sakit dong, tapi sakit itu nanti bakalan kegantiin sama tangisan dede bayi."jawab bibi.
Mata Sena berbinar. "Dede bayi na nangis? Kenapa toh?"tanya Sena.
"Kan dia baru lahir, jadi nangis."
Sena menganggukkan kepalanya paham. "Sena dulu gitu?"tanya Sena pada bibi.
Bibi tertawa kecil mendengarnya. "Iya, Sena juga dulu waktu baru lahir nangis."
"Nenek kakek!"
Sena turun dari pangkuan bibi, berlari menghampiri sang nenek yang baru datang. Tanpa lama Albar membawa cucunya itu ke gendongan. Saat dikantor, tiba-tiba sang menantu memberi kabar jika Yura akan melahirkan. Tentu tanpa lama Albar mengabari Raya untuk ke rumah sakit.
Sedangkan Ayu dan Aslan masih dalam perjalanan tentunya. Tak lama kemudian, Ayu dan Aslan menghampiri mereka yang sedang duduk. Ayu berdo'a agar kelahiran cucu keduanya itu dilancarkan.
Dua puluh menit kemudian mereka mereka menghela nafas lega ketika mendengar suara tangisan bayi. Didalam ruangan, tak henti-hentinya Aska mengecup seluruh wajah Yura. Mengucapkan kata terimakasih karna sudah berjuang untuk melahirkan sang putra mereka.
"Dede bayi na nangis!"pekik Sena senang, itu artinya ia sudah bisa melihat adiknya.
•••
Sena menatap adiknya berbinar, adiknya sangat tampan seperti ayahnya itu. Alis tebal, hidung mancung, dan bibir tipis mewarisi sifat Aska. Benar-benar mirip.
Yura ia tersenyum melihat Sena yang begitu menyayangi sang adik. Bahkan sedari tadi Sena mencium kedua pipi bayi itu, sehingga membuat bayi kecil itu menggeliat.
"Biarin dede nya bobo ya? Jangan dicium terus."ujar Aska.
Sena mengerucutkan bibirnya, padahal kan ia ingin mencium terus adiknya. Terlalu menggemaskan sih.
"Isshh papi, Sena itu gemes tau sama dede bayi na."ujar Sena.
"Gemes ya gemes, tapi jangan sampe dicium juga."
"Oma, liat papi na nakal!"
Ayu, terkekeh melihat sang cucu yang mengadu pada dirinya. Ia membawa cucunya itu ke gendongannya. "Yang dikatain papi itu bener, Sena gak boleh cium dedenya terus. Kan dia juga pengen tidur."
Sena mengerjapkan matanya berkali-kali. "Eung bobo? Dede bayi na ngantuk?"tanya Sena.
Ayu mengangguk, ia mencubit gemas hidung Sena. "Sekarang, Sena makan dulu ya? Belum makan siangkan?"tanya Ayu.
"Belum."
"Nah ayo makan dulu, biar nanti bisa main lagi sama dede bayinya."
"Ayo!"
Yura dan Aska tersenyum melihatnya, beruntung Sena tidak rewel. "Makasih ya?"
"Udah berapa kali Yura bilang-"
Cup
"Mas ih!"
Aska tertawa melihatnya. Gemas dengan istrinya itu. "Udah dua nih, mau nambah lagi gak?"tanya Aska menaikkan turunkan kedua alisnya.
"Mas Aska kira lahirin itu gak sakit hah?" Karna kesal, Yura mencubit perut sang suami yang mengakibatkan Aska meringis.
"Aaaa iyaiyaa, cuma bercanda."
"Bercanda bercanda, makan tuh canda!"
•••
GAK NYANGKA BANGET BISA SAMPE 300K READERS AAAA!!😭😭
bener-bener ngucapin makasih banget sama kalian yang udh baca cerita ini-!!!
Gapapa yaa aku bikin extra part wkwk, ada yang kangen Sena gembul ga nih?
Tau dong dari judulnya extra part 1? Berarti masih ada extra part selanjutnya haha.
Oh iya, aku bikin cerita baru. Publish jangan?
Ceritanya gak kalah seru kok, apalagi pemeran utamanya papa cy sama mama Wendy huhu..Ada kapal papa cy sm mama Wendy gak nih? Sabi kali kalo aku udah publish baca ceritanya.
Oke segitu dulu, kalo mau publish komen dong haha.
So, don't forget to vote and comment guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Dilapidated [END]
Mizah[BELUM DIREVISI] [SEKUEL MHID SUDAH ADA, SILAHKAN DICEK] "Kamu sudah pesan makanan?"tanya Aska. "Udah." "Kamu ko gitu sama saya?"tanya Aska. Yura menatap aneh bosnya ini. "Gitu gimana pak? Saya ga ngerti."ucap Yura. "Harusnya kamu nungguin saya tadi...