"Sssttt heyy"
Yura membuka matanya dengan nafas tersengal, keringat didahinya bahkan bercucuran. Ia langsung mendudukkan dirinya dan melihat perutnya yang buncit, menoleh ke samping mendapati Aska yang menatap dirinya juga.
"Kamu mimpi apa?"tanya Aska
Sedetik kemudian, tangis Yura pecah. Ia menjauh sedikit dari Aska, memberikan jarak agar tak terlalu dekat. Aska yang melihat Yura menangis pun bingung, tadi setelah kepergian Yura dari ruangannya Aska langsung pergi keluar untuk menemui seseorang. Namun saat kembali ke kamar, ia melihat Yura yang membelakangi.
Aska membuat tubuh Yura terlentang, yang tadinya menyamping. Aska heran mengapa istrinya itu berkeringat banyak, lama ia mengamati wajah istrinya itu yang sedang tidur namun tiba-tiba Yura bergumam memanggil namanya.
Tanpa lama Aska membangunkan Yura dengan usapan pelan, tapi lihat? Setelah bangun Yura menjauhinya, bahkan Aska yang akan menghapus keringat Yura pun ditepis oleh pemiliknya.
"Kamu marah sama saya?"tanya Aska
Ia menghembuskan nafasnya kala tak mendapati jawaban dari Yura, sedari tadi yang terdengar hanya isakan kecil. Aska mendekat dan membawa Yura ke dalam pelukannya.
"Ceritain sama saya, kamu mimpi buruk apa?"tanya Aska mengusap pelan rambut Yura
Bukannya menjawab, Yura semakin terisak ketika mengingat mimpi itu. Meski hanya mimpi, namun baginya seperti nyata. Jika mimpi itu nyata, mungkin sekarang Yura sudah gila?
"Yura, dengerin saya"ucap Aska menangkap wajah Yura, ibu jarinya menghapus air mata Yura. Ia mengecup kedua mata Yura yang sembab.
"Saya minta maaf sama kelakuan saya tadi, saya kelepasan ngebentak kamu. Pikiran saya tadi sedang kacau, ditambah masalah kantor dan tanpa sengaja kemarahan saya terlampiaskan ke kamu"jelas Aska
Yura yang mendengarnya kini mulai menatap mata Aska, ia mungkin bisa memaafkan kemarahan Aska tadi. Namun saat mengingat parfume perempuan dan masakan yang tidak dimakan oleh suaminya itu, entahlah Yura tak tau bisa memaafkan atau tidak.
Aska menghembuskan nafasnya berat saat tak mendapati respon dari Yura, ia tau jika istrinya itu marah pada dirinya.
"Kamu jangan diemin saya, jawab saya dong Ra"ujar Aska
Yura melepaskan tangan Aska dari wajahnya, ia memalingkan wajahnya ke arah lain, mendongakkan kepalanya agar air mata itu tak jatuh lagi. Namun sial, tetap saja air mata itu jatuh.
"Mas"panggil Yura
Aska berdehem, ia menatap wajah Yura yang memerah. Sedangkan Yura memejamkan matanya menguatkan dirinya sendiri.
"Ayo pisah rumah"ucap Yura
"Setelah bayi ini lahir, baru kita urus perc-"
Cup
Ucapannya terpotong kala Aska mengambil dagu Yura untuk menghadap dirinya, tanpa lama Aska membungkam bibir Yura. Ucapan itu tak boleh keluar dari bibir istrinya, persetan dengan kemarahan Yura nanti yang jelas ia tak mau ada kata 'cerai' didalam rumah tangganya.
Aska melepaskan ciuman itu, ia menatap sendu wajah Yura. "Kamu boleh marah sama saya, kamu boleh hukum saya atas kelakuan saya tadi. Tapi jangan sampai kamu mengeluarkan kata kata itu, saya mohon"lirih Aska
Yura yang mendengar ucapan Aska pun kini kembali menangis, ia serba salah dengan dirinya. Ia marah, kecewa pada suaminya itu tapi disisi lain ia membutuhkan Aska. Ia tak mau jauh dari suaminya itu.
Aska membawa Yura kedalam pelukannya, membiarkan air mata Yura membasahinya. Yura memukul dada Aska berkali-kali, tangisannya kini menjadi histeris.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Dilapidated [END]
Humor[BELUM DIREVISI] [SEKUEL MHID SUDAH ADA, SILAHKAN DICEK] "Kamu sudah pesan makanan?"tanya Aska. "Udah." "Kamu ko gitu sama saya?"tanya Aska. Yura menatap aneh bosnya ini. "Gitu gimana pak? Saya ga ngerti."ucap Yura. "Harusnya kamu nungguin saya tadi...