Hari demi hari begitu berlalu dengan cepat, tak terasa kini kehamilan Yura menginjak 9 bulan, dimana bulan ini ia akan menanti kelahiran anaknya itu.
Bahkan dari jauh hari Aska sudah menyiapkan baju persalinan untuk Yura nanti, aneh memang tapi itu adalah Aska. Saat ini Yura sedang duduk disofa, ia memakan cemilan yang kemarin baru dibeli, sedangkan Aska ia berada disamping Yura.
Satu minggu yang lalu, Aska mengambil cuti untuk istrinya itu. Semua kerjaannya ia berikan pada tangan kanan Aska, dan saat ini ia sedang menjadi suami siaga untuk Yura.
"Ambilin minum dong"suruh Yura dengan cengirannya
Aska yang disuruh-suruh pun hanya bisa pasrah oleh istrinya itu, toh mau bagaimana lagi? Jika Yura yang mengambilnya, baru selangkah dua langkah saja pasti sudah mengeluh.
"Makasih" Ia langsung meminum saat Aska memberikan air minum.
"Mas"panggil Yura
"Hm"dehem Aska
"Kasih tau namanya dong isshh"
Satu alis Aska mengangkat untuk memahami apa ucapan Yura, beberapa detik kemudian ia paham. "Asena Meira Adhitama"
Kening Yura mengerut, nama dirinya tersalip ditengah-tengah? "Asena Meira Adhitama?"tanya Yura memastikan
"Kenapa?"tanya balik Aska, ia memang sudah menyiapkan nama itu dari dulu. Jadi, nanti ia akan memberikan nama itu pada anaknya.
"Gapapa, cantik namanya"ujar Yura menyengir
"Kayak ibunya"balas Aska
Pipi Yura mendadak menjadi merah, meskipun suaminya itu sering menggombali dirinya namun tetap saja pipinya itu akan memerah. Tidak bisa diajak kerja sama emang!
"Minggu ke berapa Ra?"tanya Aska, ia sudah tak sabar menunggu kelahiran anaknya itu. Sedangkan perkiraan dokter kemarin, hanya perlu menunggu sampai waktunya tiba. Padahal bulan ini sudah menginjak ke tengah-tengah, tapi belum ada tandanya.
Apakah anaknya itu betah didalam kandungan Yura sehingga ia tak mau keluar? Kata dokter, mereka harus menunggu satu Minggu atau dua Minggu lagi. Jika masih belum merasakan gejalanya, dengan terpaksa Yura harus melakukan operasi caesar.
Awalnya Yura terkejut, tapi berkat ucapan Aska Yura memahaminya. Sudah berkali-kali Aska menjenguk anaknya itu, tetap saja tidak ada tanda-tanda. Padahal ia sudah menuruti resep dari dokter.
Bola mata Yura mengikuti pergerakan Aska yang merangkak ke tubuhnya. Posisinya, Yura yang sedang berbaring disofa dan Aska dengan posisi tengkurep ya menghadap perut Yura.
Aska mengelus-elus pelan perut Yura, ia menyanyikan lagu Please Don't Go. Yura yang mendengar suara Aska bernyanyi tersenyum tipis, tak percaya jika suara suaminya itu mengalun dengan indah.
Yeah you've got me begging, begging
Baby please don't go...
If i wake up tomorrow, Will you still be here
I don't know, if you feel the way i di
If you leave i'm young to find youBaby please don't go, go, go, go
Baby please don't go, go, go, goCup
"Cepet keluar heh anak bandel"
Dug
"Ssshhh"ringis Yura saat merasakan tendangan diperutnya, ia melotot ke arah Aska. Setiap suaminya memanggil anaknya dengan sebutan bandel pasti ia akan menendang, seolah ia kesal dengan perkataan Aska.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Dilapidated [END]
Humor[BELUM DIREVISI] [SEKUEL MHID SUDAH ADA, SILAHKAN DICEK] "Kamu sudah pesan makanan?"tanya Aska. "Udah." "Kamu ko gitu sama saya?"tanya Aska. Yura menatap aneh bosnya ini. "Gitu gimana pak? Saya ga ngerti."ucap Yura. "Harusnya kamu nungguin saya tadi...