MHID 52

19.3K 1.3K 58
                                    

Hallo, sebelumnya aku minta maaf karna udah up lagi hehe.
Gimana ya, sedari tadi tangan aku gatel sih pengen nulis chapter ini. Gapapa lah ya, itung-itung bonus buat kalian xixi
Sebelum baca, jangan lupa vote nya dulu kawan
Btw, siapkan mental kalian
Three doubles nih kawan

HAPPY READING

Yura meringis kesakitan, ia terduduk dilantai tepatnya disebelah kasur. Deru nafasnya kini tak teratur, bahkan keringat dingin bercucuran di keningnya.

Yura yang terisak pun kini semakin dalam tangisannya, perutnya amat sakit sehingga membuat dirinya tak bisa bergerak. Tak jauh dari tempat lampu tidur, Yura dengan susah payah merangkak untuk mengambil ponselnya.

"T-tolongghhh"lirih Yura, sejenak ia memejamkan matanya agar rasa sakit itu berkurang. Bukannya berkurang, sakit itu malah bertambah.

"Aahhh hiks s-sakittt"

"B-bunda t-tolong Yura"

Dengan susah payah, kini Yura mendapatkan ponselnya itu. Saat akan mengambil, tak sengaja ia menyenggol segelas air yang menyebabkan jatuh.

Prankkk

Yura memejamkan matanya ketika serpihan kaca kecil itu bertebaran dilantainya, dengan pelan Yura menjauhi kaca-kaca kecil itu.

Sejenak Yura mengatur nafasnya dan menyenderkan punggungnya pada sisi kasur. "Kenapa sakit banget ya Tuhan"lirih Yura

Dengan tangan gemetar, Yura mencari nama seseorang. Merasa pegal, dengan sekuat tenaga Yura berdiri dibantu dengan berpegangan pada sisi kasur.

"Sshhh"ringis Yura

Pandangan Yura tak sengaja melihat darah yang mengalir dikakinya, ia terisak kencang melihat darah itu. Ditambah dengan sakit yang luar biasa.

"G-gak mungkin!"teriak Yura

"Hiks t-tolonggg"Isak Yura

"MASSSSSS"panggil Yura

Tangisannya kini semakin kencang melihat darah yang semakin banyak dikakinya. Ia tak mau terjadi apa-apa dengan anaknya itu. Tangan Yura meremas bajunya sendiri hingga kusut, Yura berdo'a agar keajaiban datang pada dirinya sekarang juga.

Sungguh, sakitnya ini bukan main-main.

Brak

Yura menoleh ke asal pintu, ia menatap sendu suaminya itu dengan bibir yang sangat pucat. Ditambah keringat membuat rambutnya sedikit berantakan.

"YURA!" Mata Aska membulat melihat istrinya itu yang sudah tergeletak dilantai, dipenuhi darah yang mengalir dikakinya.

"M-mas hiks"

"S-sakitthhh t-tolonggg"ucap Yura, tangannya meremas kuat tangan Aska. Kini nafasnya semakin tak teratur merasakan sakit yang tak kunjung berhenti.

"M-mass b-bawa y-yur arrrghhh"ringis Yura

"T-tolongg p-pilih a-anak k-kita"ucap Yura terbata-bata

Aska yang mendengarnya menggeleng keras. "Kamu gak boleh ngomong gitu, kamu kuat begitupun dengan anak kita Ra"ucap Aska

Yura tersenyum. Matanya perlahan menutup, kini Yura tak bisa membuka matanya lagi. Aska yang melihatnya pun berteriak, tanpa lama ia membawa Yura untuk ke rumah sakit. Masa bodo dengan kamarnya yang penuh darah.

•••

"Kamu kuat sayang"ucap Aska, berkali-kali ia mencium tangan istrinya itu untuk menguatinya. Sedangkan Yura, mata cantik itu sedari tadi tertutup, tak mau membuka meski sedikit saja.

My Husband Is Dilapidated [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang