Sesampainya dirumah sakit, Yura langsung dibawa keruang salin. Sedangkan Aska menunggunya diluar, tentu saja ditemani oleh bibi.
"Aden, gak akan telepon nyonya?"tanya bibi
Aska mengusap wajahnya kasar, ia berdiri dan pamit untuk mengabari keluarganya. Tak sampai 10 menit, Aska kembali dan duduk disamping bibi.
"Aska takut bi"lirih Aska
Bohong jika ia tidak khawatir, bahkan ia merasakan ketakutan. Istrinya didalam yang sedang mempertaruhkan nyawanya demi anaknya itu, bahkan sekarang Aska mendengar suara jeritan Yura.
"Berdo'a yang terbaik aja den, do'ain semoga non sama anaknya sehat dan selamat. Bibi percaya kalo non itu perempuan kuat"ujar bibi, ia mengelus bahu Aska. Mengerti dengan keadaan majikannya itu, maka dari itu ia menyemangatinyq agar tidak terlalu khawatir.
"Suami pasien?"tanya sang dokter
Aska yang duduk pun langsung berdiri dan menghampiri dokter itu. "Gimana keadaan istri saya?"tanya Aska
"Pasien meminta bapak untuk menemaninya didalam"ucapnya memberitahu
Glek
"S-saya?"tunjuknya pada diri sendiri
Dokter itu mengkerutkan keningnya. "Bapak suaminya kan?"tanya dokter dan dijawab anggukan oleh Aska
"Mari ikut saya ke dalam"
Bibi menganggukkan kepalanya tanda menyuruh Aska untuk menemani Yura. Belum lama Aska masuk kedalam ruang persalinan, kini keluarga Adhitama dan Werlan datang menghampiri bibi yang sedang duduk.
"Bibi, gimana keadaan Yura?"tanya Raya, tadi saat ia sedang tidur terbangun karna mendengar suara telepon. Dan mendapati kabar jika anaknya itu akan melahirkan, langsung saja Yura membangunkan Albar untuk ke rumah sakit, begitu juga dengan keluarga Adhitama.
Ayu mengelus bahu Raya untuk menenangkan, kini para orang tua berdo'a. "Aska didalem bi?"tanya Ayu
"Iya nyonya"
Sedangkan didalam, kini Aska terkena amukan dari Yura. Berbagai cakaran ditangannya dari karya istrinya itu ia biarkan, rasa perihnya tidak seperih istrinya berjuang.
"Mas sakit"lirih Yura dengan mata berkaca-kaca
Tangan Aska yang digenggam kuat oleh Yura pun ia cium, memberi semangat pada istrinya itu.
"Ayo berjuang demi anak kita"bisik Aska ditelinga Yura
Plak
"Sakit bodoh"umpat Yura
Aska menggaruk kepalanya yang tak gatal, apakah sesakit itu jika melahirkan? Andai saja bisa menggantikan, lebih baik Aska yang merasakan kesakitannya.
"Sabar sayang, dikit lagi"
"Ayo Bu, kita mulai"ujar sang dokter
Nafas Yura tersengal-sengal, keringat membanjirinya. Dengan telaten Aska menghapus keringat yang bercucuran didahi Yura.
Aska mencium kening Yura, seolah memberi energinya.
Dengan susah payah Yura mengejan sekuat tenaga, mengapa anaknya itu susah sekali untuk keluar?
"MASSS SAKITTTT"
"BENTAR LAGIII, AYO KAMU PASTI BISA"
"AAAAAAAA"
"Ayo Bu sedikit lagi, kepalanya udah kelihatan"
Yura menghirup udaranya banyak-banyak, ia kembali mengejan. "MAS ANAKNYA SUSAH KELUAR HIKS"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Dilapidated [END]
Humor[BELUM DIREVISI] [SEKUEL MHID SUDAH ADA, SILAHKAN DICEK] "Kamu sudah pesan makanan?"tanya Aska. "Udah." "Kamu ko gitu sama saya?"tanya Aska. Yura menatap aneh bosnya ini. "Gitu gimana pak? Saya ga ngerti."ucap Yura. "Harusnya kamu nungguin saya tadi...