Mobil Aska terparkir rapih dihalaman rumahnya, ia mengeluarkan barang-barangnya yang tadi ia beli. Tentu saja dibantu oleh bibi. "Aduh Aden banyak pisan belanjaannya"ujar bibi
Aska hanya tersenyum tipis, mereka satu persatu mengangkut barang itu ke dalam. Sedangkan Yura langsung menuju ke dapur untuk membuat teh hangat.
"Udah semua?"tanya Yura saat melihat Aska yang berbaring disofa ruang tengah.
"Udah"jawab Aska
"Besok mas mau ngedekor kamar sebelah"ucap Aska memberitahu
"Sama siapa?"tanya Yura
"Sendiri juga bisa"
Kening Yura mengernyit. "Terus kerjaan mas?"tanya Yura
"Bisa belakangan"jawab Aska
Yura yang mendengarnya hanya mendengus sebal, ia meninggalkan Aska diruang tengah dan pergi ke dapur lagi. Dirinya tiba-tiba ingin membuat jus naga, untung saja stok buah-buahan masih ada.
Aska menghampiri Yura dan memeluknya dari belakang, menghirup aroma istrinya itu. Yura tersentak kaget ketika ada tangan yang melingkar diperutnya.
"Lepas dulu"ucap Yura
"Enggak mau"
"Kalo peluk gini Yura susah buat bikin jus nya"ujar Yura
Aska mendengus sebal, tidak mengerti jika dirinya ingin bermanja? Sungguh menyebalkan, pikirnya.
"Abis ini ke kamar"ucap Aska yang langsung meninggalkan Yura
Yura yang mendengarnya hanya mengangkat bahunya acuh, tak peduli dengan ucapan suaminya itu.
•••
Pagi yang cerah membuat seorang perempuan terusik dari tidurnya, ia mengerjapkan matanya berkali-kali, menguap pelan dan mendudukkan dirinya. Dengan mata setengah terpejam ia melihat ke samping namun kosong.
Mendengar suara berisik dari kamar sebelah ia pun langsung menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi. Setelah selesai, ia keluar dari kamarnya.
Senyum Yura merekah melihat suaminya yang sedang sibuk mendekor kamar, atap langit yang dihiasi oleh bintang-bintang dan tembok yang menggunakan tema angkasa.
"Mas"panggil Yura
Aska yang sibuk merias kamar pun menoleh ke arah pintu, disana terlihat istrinya yang berdiri didaun pintu. "Baru bangun hm?"tanya Aska
Yura mendekat, ia mengangguk dan duduk disebuah bangku. Memperhatikan Aska yang sibuk dengan dunianya.
"Mas kok bisa kesampean buat ngedekor kamar kaya gini?"tanya Yura kepo
"Dari dulu emang saya pengen buatin kamar kaya gini buat anak saya Ra"balas Aska
"2 bulan lagi dia bakalan hadir diantara kita"lanjut Aska, ia memberhentikan kegiatannya dan berbalik menghadap Yura.
Aska tersenyum menatap wajah Yura yang menatapnya juga, ia mengusap perut besar Yura dan mengecupnya.
"Mas"panggil Yura
Aska mendongakkan kepalanya, ia melihat wajah istrinya. Raut wajahnya yang tadi tersenyum itu hilang. "Kenapa?"tanya Aska
Yura menundukkan kepalanya, ia memainkan ujung bajunya. "Kenapa hm?"tanya Aska
"Y-yura takut"cicit Yura pelan
Kening Aska mengerut tanda tak mengerti. "Maksud kam-"
Ah, Aska paham kemana arah pembicaraan istrinya itu.
Aska memegang kedua tangan Yura, ia tersenyum membuat Yura ikut tersenyum.
"Kamu takut?"tanya Aska dan diangguki oleh Yura
"Kalo kamu takut, gimana dia mau keluar?"tanya Aska
"Denger ya, gak ada yang perlu ditakutin. Semuanya bakalan baik-baik aja, percaya sama saya."ujar Aska
"Buang pikiran negatif kamu itu jauh-jauh, belajar berpikir positif. Kalo kamu mikirin negatif terus ya iya kamu ngerasa takut Ra"ucap Aska
Yura yang mendengarnya menghembuskan nafasnya pelan, benar apa yang dikatakan oleh suaminya itu. Ia tak boleh memikirkan hal-hal negatif. Meski nyawanya yang menjadi taruhan nanti, Yura tak apa jika harus meninggalkan kedua orang tersayangnya.
•••
Eyyo
Udah ya nih double up
Jangan lupa vote sama komennya sebanyak mungkin..
Gapapa kan kalo aku percepat kehamilannya Yura? Gapapa lah ya? Wkwkwk
Maaf chap nya kalo pendek, soalnya aku lagi buru-buru.
Oke, see you next chapter guys💗
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Dilapidated [END]
Humor[BELUM DIREVISI] [SEKUEL MHID SUDAH ADA, SILAHKAN DICEK] "Kamu sudah pesan makanan?"tanya Aska. "Udah." "Kamu ko gitu sama saya?"tanya Aska. Yura menatap aneh bosnya ini. "Gitu gimana pak? Saya ga ngerti."ucap Yura. "Harusnya kamu nungguin saya tadi...