MHID 68

15.6K 1.1K 61
                                    

Sena terus merengek pada sang ayah untuk ikut kerja, padahal Aska sudah melarangnya karna ia takut anaknya itu mendadak ingin pulang seperti minggu lalu.

"Cena ndak mau, pokokna Cena mau ikut papa!"kekeh Sena, bibirnya sudah melengkung ke bawah siap menangis.

Yura yang melihat perdebatan sang ayah dan anak hanya menahan tawa, ia membawa anaknya itu ke pangkuannya. "Diem aja dirumah ya? Kan papa mau kerja bukan jalan-jalan"ucap Yura.

Sena menggeleng keras. "Ndak mau."ujar Sena.

"Bawa aja kenapa sih? Daripada nanti nangis gak mau berenti."ucap Yura pada Aska.

Aska menghembuskan nafasnya berat. "Mau ikut?"tanya Aska.

Sena mengangguk dengan mata berkaca-kaca. "Yaudah jangan nangis, ganti bajunya sekarang"suruh Aska.

Senyum Sena mengembang. "Ayo Buna"ajak Sena.

Yura mengernyit. "Hah?"

"Ayo ikut, Cena ndak mau Buna Ndak ikut"ucap Sena.

"Heh? Kok harus ikut?"tanya Yura

Sena menyilangkan kedua tangannya didepan dada. "Buna.pokokna.halus.ikut."ucap Sena penuh penekanan.

"Enggak ah males."ujar Yura.

"Oke fine Buna ikut."final Yura saat melihat anaknya akan menangis.

"Yaudah ayo ganti baju"ajak Sena.

Yura memutar bola matanya malas, namun ia tetap mengikuti ucapan anaknya itu.

•••

Aska memarkirkan mobilnya didepan kantor, ia turun dan memutari mobil untuk membukakan pintu sang istri. Mengambil alih sang anak untuk beralih pada gendongannya. Sena itu kecil namun berat, mana mungkin Aska membiarkan Yura menggendong Sena sedangkan diperut sana ada janinnya.

 Sena itu kecil namun berat, mana mungkin Aska membiarkan Yura menggendong Sena sedangkan diperut sana ada janinnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Bayangan; pict by pinterest)

Turun dari mobil membuat mereka menjadi pusat perhatian, banyak bisik-bisik dari para karyawan. Ada yang senang, antusias, iri, dan kecewa. Yura yang mendengarnya masa bodoh, kupingnya terlalu mahal untuk mendengarkan obrolan iri mereka.

Yura tersenyum ramah pada karyawan yang sedang bekerja, menaiki lift untuk menuju ruangan Aska. Sesampainya diruangan, Aska menurunkan Sena ditempat permainan yang tersedia diruangannya. Tentu saja khusus anaknya.

"Terus Yura ngapain?"tanya Yura saat melihat Aska yang mulai sibuk dengan pekerjaannya.

"Gak ngapa-ngapain"jawab Aska.

Yura mengerucutkan bibirnya sebal, ia menghampiri suaminya itu. Menyibakkan tangan yang sedang sibuk dengan kertas putih dihadapannya.

"Kamu ngapain?"tanya Aska.

My Husband Is Dilapidated [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang