81. Pemecahan Kasus (1)

527 90 8
                                    


Ini bukannya resto tempat dia kissing waktu itu, Bang Dot?
-Ciara

...

"EZRA BUKAN PACAR GUE!"

"Wah, wah, wah. Ada apa ini?" Suara berat seseorang tiba-tiba terdengar. Duo bungsu Rajendra lantas kompak berbalik dan melihat Ezra datang dengan Dodi dkk. Ciara tak urung mengumpat dalam hati. Lantas setelah memukul bahu abangnya sekuat tenaga, gadis itu berlalu meninggalkan cowok-cowok itu.

"Yeu, Ra! Mau ke mana? Di sini aja!" Itu Dodi. Memanggil dengan tidak kalem padahal Ciara belum jauh. Ciara berbalik kesal melemparkan tatapan tajam.

Sialan. Jonathan sampai menutup telinganya.

"Ogah." Dengan mantap gadis itu berbalik dan berjalan ke kamarnya.

Dia harus mengganti baju untuk kemudian mencari makanan. Lisa ada di rumah dan Ciara tidak ingin membuat perdebatan dengan Ibu muda itu hanya karena makan tanpa mengganti baju sekolah.

Pukul 15.15 WIB.

"Hah. Pantesan perut gue perih banget. Ini semua gara-gara si Nathan." Sembari melepas kancing bajunya satu per satu, gadis itu terus mendumel karena Jonathan membatalkan makan siang mereka. Lantas tanpa berniat berlama-lama di kamarnya, Ciara langsung turun setelah mengganti seragamnya dengan pakaian yang lebih santai.

Melewati Jonathan dan teman-temannya tanpa mempedulikan salah satu dari mereka yang menawarkan es krim padanya. Dia kelaparan dan sedang tidak berniat berinteraksi dengan siapapun.

Setelah menemukan makanan yang pas untuk makan siangnya kali ini, Ciara langsung duduk dengan tenang dan memakannya, samar-samar terdengar gelak tawa Jonathan dan Ezra dari arah ruang tamu. Tak butuh waktu lama, Ciara sudah menyelesaikan makanannya. Ketika memutuskan untuk kembali ke kamarnya untuk mengambil handphone, gadis itu dikejutkan oleh Ezra yang tahu-tahu sudah turun dari atas sembari membawa ponselnya.

"Ngapain lo megang hp gue?" tanyanya sinis pada laki-laki yang turun dengan tenang.

Sang pelaku hanya mengangkat bahu amat santai, terus menapaki anak tangga untuk mencapai Ciara, lalu menyerahkannya dengan manis. "Aku ngirim sesuatu. Coba dicek, barangkali aku bikin kamu seneng hari ini." Dia menjeda sejenak, lalu mendesis singkat, "Ah, ya. Besok siang kita ke rumah, ya, Cantik? Aku jemput. Kak Zeta udah maksa aku buat bawa kamu. Kebelet ketemu calon adek ipar, katanya."

"Bohong." Tanpa membalas ajakan Ezra, gadis itu menerima ponselnya dan berjalan ke arah Jonathan. Duduk di sebelah sang  abang dan tentunya di susul Ezra yang duduk tepat di hadapannya.

Ezra itu benar-benar ....

"Jangan terus-terusan jutek gitu, Ra, sama si Ezra. Dia ngilang, lo juga ntar yang kecarian." Ciara menatap jengkel pada abangnya yang bermulut licin itu. Hei, bisakah abangnya itu merahasiakan bagian terakhir?

Ciara tak menjawab, terlalu malas lebih tepatnya. Dia lalu melihat ke arah Ezra yang kini tersenyum padanya, maniknya terjurus tepat pada miliknya. Ah, senyuman manis itu ... kenapa seolah kekal dan tidak bisa diruntuhkan bahkan ketika Ciara terus-menerus bersikap kurang baik pada laki-laki itu?

"Kenapa lo senyum-senyum?" tanya Ciara tegas pada laki-laki di hadapannya.

Alih-alih menghapus senyum itu, laki-laki di hadapannya itu justeru semakin menarik kedua sudut bibirnya. "Nggak apa-apa."

Cih!

"Udah, Woi, udah. Akur bentaran napa, Ra. Heran, deh. Ezra senyum aja salah, ya, di mata lo?" interupsi Faldo yang kebetulan duduk di samping Ezra. Ciara kini melirik kesal padanya. Bisa Faldo lihat jika gadis itu tengah mencibir. "Inget, Ra, pas si Ezra nggak ngabarin apa-apa ke lo, lo kelimpungan juga 'kan? Lo kangen, tapi nggak mau hubungin Ezra. Gengsi lo selangit, sih."

SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang