70. Gava's Geng

1.4K 157 18
                                    

Kalo adek gue nangis, gue kayak ngeliat Nyokap nangis, anjir.
-Gava

...

Ruang tamu benar-benar ramai, bungkus makanan ringan berserakan, kaleng-kaleng soda dan minuman dingin lainnya juga berantakan mengitari mereka. Play Station punya Jonathan pun sepertinya akan rusak--melihat bagaimana tangan salah satu teman Gava memakainya.

Tipe-tipe tangan perusak emang! Menyebalkan.

Masa iya Jonathan harus beli baru?

"Gapa,"

"Si anjir, lo jangan mepetin gue mulu, dong!" Gava yang serius dengan permainannya dengan si ikal tidak memperdulikan sapaan temannya dari belakang. Oh, atau dia mungkin tidak mendengar?

"Gava!"

"Han, diem dulu, ini si Babi bisa menang kalo lo berisik." Gava masih serius dengan permainannya. Sungguh, dia tidak akan menyerah begitu saja dengan si ikal ini.

Heran, setiap Gava main dengan Jonathan atau Raffano, Gava selalu bisa memimpin permainan. Jadi pemenang berkali-kali padahal Jonathan dan Raffano sudah tergolong ke dalam anak gamers. Jonathan jangan tanya. Dia bahkan punya nama geng gamers, tapi Gava lupa namanya apa, yang jelas Ezra dan ketiga temannya yang sering ke rumah itu---adalah teman satu geng Jonathan.

Sialnya, kenapa setiap melawan si ikal ini, Gava selalu saja kalah? Temannya ini jagonya main yang beginian emang. Buat greget aja.

Si ikal yang biasanya kalem saja saat melawan Gava bermain Play Station, sepertinya harus mengerahkan sedikit kemampuannya saat ini. Pasalnya, kemampuan Gava meningkat drastis.

Ah, ini siapa yang ngajarin Gava main ps coba?!

"Santai, coy!" Si ikal memfokuskan pandangan ke depan layar, mencoba mengalahkan player Gava yang berada tepat di samping player-nya.

"Dikit lagiiiiii..." keheningan tidak benar-benar terjadi karena di belakang mereka ada temannya yang lain yang juga main game online. "ANJENG! GUE MENANG WOHOOO!!!"

"BERISIK LO, MONYET!"

"KUNCI MOTOR MANA, GA!" Gava berdiri tegas, mengulurkan telapak tangannya meminta kunci motor si ikal yang dijadikan taruhan.

Dengan terpaksa, Arga, nama si ikal itu, memberikan kunci motornya ke tangan Gava. Sialan, bagaimana mungkin dia kalah?

"Akhirnya, motor gue balik lagi! Kangen gue anjir sama si Jago gue." Gava heboh lalu melempar-lemparkan kunci motornya ke atas. Tampak sangat bahagia.

"Tumben memang, Gav." celetuk Kiki, cowok berkulit putih mulus yang sering mereka katai bencong saking mulusnya.

"Eh, Cong, nggak usah ngeremehin gue lo."

"Gue nanya baek-baek, Babi, bukan ngeremehin." Kiki berkata kesal.

Gava nyengir. "Iya dah, punten Bro."

"Gava."

"Eh, Gava Anjing, si Han dari tadi mau ngomong 'tuh lo kacangin mulu dari tadi. Parah lo."

"Oke-oke, ada apaan, mai pren?"

Han, cowok yang sejak tadi memang ingin bicara serius dengan Gava tapi berulang kali dicueki, kini menatap temannya yang lain, yang sedang fokus main game dengan Agib, eh, nama aslinya Gibran, tapi enaknya dipanggil Agib. Dulunya itu panggilan dari Kiki yang selalu memanggil Gibran dengan panggilan 'aa', jadi kebiasaan manggil Agib deh.

SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang